Allan Rosehan : "Efek dari gas rumah kaca di bumi ini sudah overdosis!!"

Spektroom - Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam kondisi iklim di suatu wilayah, bisa berupa suhu, curah hujan dan pola cuaca lainnya. Menyikapi perubahan iklim, yang harus dilihat adalah dampak jangka panjangnya serta penyebab perubahan iklim itu sendiri.

Perubahan iklim ini telah dibahas oleh United Nations Framework Convention on Climate Change, (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim). Ini adalah perjanjian internasional yang bertujuan untuk menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer agar tidak terjadi gangguan berbahaya pada sistem iklim.
"Penyebab perubahan iklim bisa secara alami atau juga akibat aktivitas manusia atau kalau bahasanya nilai UNFCC di situ ada kegiatan yang sifatnya antropogenik, karena aktivitas manusia" ujar Kordinator Inventarisasi Gas Rumah Kaca Kementerian Lingkungan Hidup, Allan Rosehan pada Rembuk Pembangunan Pemuda 2025 bertajuk "Kepemimpinan Orang Muda Sebagai Pelopor Pelestarian Lingkungan" di Bogor, Jum'at (25/7/2025).

Sedangkan kegiatan yang sifatnya antropogenik ini, lanjut Allan Rosehan sebetulnya menjadi isu yang harus dicermati, karena perkembangannya besar dari aktivitas yang disebabkan oleh manusia.
"Nah aktivitas-aktivitas ini nanti yang akan menyebabkan timbulnya emisi gas rumah kaca. Sebenarnya gas rumah kaca ini kita butuhkan, tetapi tentu dalam kadar yang sewajarnya.
Karena kalau kita tidak punya gas rumah kaca, maka suhu di bumi itu akan lebih rendah dari minus 18 derajat Celcius."kata Rosihan menjelaskan.
Allan Rosehan menambahkan, efek dari gas rumah kaca di bumi ini sudah overdosis, bahkan berdasar sintesis report dari Global Stocktake (GST) proses penilaian komprehensif kemajuan global dalam aksi iklim, terutama dalam mencapai tujuan Perjanjian Paris.
Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kemajuan mitigasi perubahan iklim, adaptasi, dan dukungan, serta memberikan informasi kepada negara-negara untuk meningkatkan ambisi aksi iklim mereka di masa depan
"Jadi sudah ada laporan global spek pertama itu sudah mengindikasikan bahwa target kenaikan suhu tidak lebih dari satu setengah derajat Celcius di 2050 itu mungkin tidak akan tercapai, karena trennya sekarang itu sudah mengarah, bahkan di tahun 2023 itu sintesisnya sudah mencapai 1,54 derajat Celcius."
"Oleh karenanya kita harus segera dan semakin meningkatkan ambisi dan juga komitmen untuk melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca" lanjutannya lagi.
Pada bagian lain paparannya, Allan juga menjelaskan, secara umum kita sedang menghadapi tiga tiga krisis, ada krisis perubahan iklim, krisis kerusakan diversity dan krisis karena pencemaran lingkungan.
Sementara sebelumnya Deputy Pelayanan Kepemudaan Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI Dr. Drs.Yohan, M.si mengatakan pemuda tidak hanya hadir sebagai peserta melainkan sebagai aktor sekaligus sebagai subjek yang memiliki pandangan gagasan dan keberanian untuk bertindak.
"Hal ini tentunya sejalan dengan arah pembangunan nasional yang menempatkan Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Ketangguhan Lingkungan, sebagai dua prioritas utama."Yohan.

Asta cita ke-4, terus Yohan, juga menegaskan betapa pentingnya peningkatan peran pemuda, dalam pembangunan termasuk tentunya dalam upaya untuk mewujudkan lingkungan yang sehat bersih dan lestari, sebagai warisan bagi generasi yang akan datang.
"kegiatan rembug pembangunan pemuda ini menjadi bagian dari upaya memperluas makna pemberdayaan Pemuda, makna pengembangan pemuda dalam peran strategis mereka untuk menjaga keberlanjutan bumi ini. Indeks Pembangunan Pemuda atau IPP yang membuat domain partisipasi dan kepemimpinan akan meningkatkan secara bermakna jika gerakan lingkungan ini tumbuh dan untuk pemuda" tutupnya.
Rembuk Pembangunan Pemuda 2025, Kemenpora RI bersama Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) yang digelar secara daring dan luring ini juga menampilkan pembicara lain seperti Asisten Deputi Bina Kepemudaan dan Daerah Kemenpora RI Andi Susanto.
Selanjutnya Greenpeace Indonesia Vela Andapita, Asia Pasific Lead United Nation Major Group For Children and Youth Vinka Adindha serta Ketua Umum Ikatan Alumni Pepeling Asih Indonesia (IK)API) Hendrit Purwanto.(@Ng).