Borneo Forum 2025: Jangan Jadikan Komoditas Sawit Bernasib Sama Seperti Karet

Spektroom – Ada peringatan keras dari dunia sawit, jangan sampai komoditas primadona Indonesia itu bernasib sama seperti karet yang kini mati suri.
Ketua Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI) Kalbar, Aris Supratman, mengemukakan peringatan tersebut dalam Borneo Forum ke-8 yang didukung BPDP bahwa industri sawit harus sigap menghadapi tantangan bisnis keberlanjutan.
Pernyataan tersebut diutarakan Ketua GAPKI Borneo Kalbar dalam Kegiatan Borneo Forum ke-8 yang digelar 21-22 Agustus 2025 di Pontianak.
Bagi Aris, pertemuan penting ini meninggalkan lebih dari sekadar catatan, selama dua hari diskusi.
Menurutnya, forum ini menghasilkan sejumlah poin penting yang diharapkan bisa menjadi masukan nyata bagi pemerintah dan para pemangku kepentingan industri sawit.
“Puji syukur kepada Tuhan, Borneo Forum berjalan lancar. Namun pekerjaan tidak berhenti di sini. Hasil diskusi akan kita teruskan agar bermanfaat bagi semua pelaku sawit, baik korporasi maupun pekebun,” ujar Aris.
Ia mengingatkan, bahwa tantangan industri kelapa sawit tidak hanya datang dari luar, tetapi juga dari dalam.
Satu diantaranya penyakit ganoderma, yang disebutnya sebagai “silent killer” bagi perkebunan sawit.
Untuk itu, riset dan dukungan pemerintah sangat dibutuhkan agar kebutuhan CPO untuk program B40, industri hilir, hingga ekspor tetap terpenuhi.
Tak hanya itu, Aris juga menekankan pentingnya keberlanjutan.
Standar ISPO yang kini wajib harus dikawal bersama agar semakin banyak perusahaan dan kelembagaan pekebun bisa meraih sertifikasi.
“Sosialisasi program beasiswa BPDP, pendidikan, dan pelatihan SDM sawit harus diperluas agar makin banyak yang bisa menikmati manfaatnya,” katanya.
Kolaborasi antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat lokal juga disebut sebagai kunci terciptanya iklim sawit yang kondusif.
Kemitraan dengan masyarakat adat, penyelesaian sengketa dengan bermartabat, hingga peran CSR yang baik akan terasa bagi warga sekitar, menjadi syarat agar sawit tidak hanya menjadi mesin ekonomi, tapi juga motor pembangunan sosial.
“Kalau kita terlena, sawit bisa bernasib seperti karet,” kata Aris mengingatkan.
Lewat komunikasi, koordinasi, dan kerja sama erat lintas pihak, industri sawit diharapkan terus hidup, berkelanjutan, dan memberi manfaat nyata bukan hanya bagi pengusaha, tapi juga bagi masyarakat dan Indonesia. (RRE/Apolowelly)