Bunyi Musik Bambu Bikin Masyarakat Purwokerto Rela Berdesakkan

Spektroom : Lautan manusia memadati alun-alun Purwokerto dan sepanjang jalan jenderal Sudirman hingga pasar Wage Purwokerto Saptu malam (23/8). Warga rela berdesakan desakan guna menyaksikan festival kentongan 2025, Festival kentongan sebagai acara rutin tahunan dalam memeriahkan HUT ke 80 Kemerdekaan R.I selalu ditunggu tunggu warga Banyumas dan sekitarnya.
Tontonan yang awalnya digagas bupati Djoko Sudantoko sekitar tahun 1990, diadakan bukan hanya menjadi hiburan masyarakat saja, akan tetapi sebagai sarana untuk melestarikan seni tradisi kentongan.
"Awalnya festival kentongan diikuti oleh ratusan group, sehingga selesai bisa sampai pagi sesudah subuh. Seiring perjalanan waktu, jumlah peserta dibatasi sehingga selesai tidak sampai pagi hari," ujar Toro warga Kelurahan Purwanegara.
Berbeda dari tahun sebelumnya, kali ini Festival Kenthongan 2025 tidak melibatkan kecamatan, tapi diserahkan pada Organisasi Perangkat Daerah OPD sebagai bapak asuhnya.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Kabupaten Banyumas, Fendy Rudianto, kepada awak media mengatakan
“Tahun ini kebijakan dipindahkan ke OPD, agar OPD juga bisa nguri-nguri budaya banyumas,” ujar Fendy.

Festival Kentongan tidak hanya melestarikan budaya lokal, tetapi juga meningkatkan jumlah pendapatan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah - UMKM. Ratusan pelaku UMKM sejak pukul 15.00 sudah mulai menata tempat dagangannya ditepi jalan yang akan dilalui peserta Festival Kentongan. Mereka sebagian besar menjajakan makanan, minuman dan mainan anak-anak .
" Tahun ini rasanya lebih meriah dari pada tshun lalu. Sampai jam 22.00 minuman saya sudah laku sekitar 40 gelas," ujar Ahmad pedagang minuman keliling didepan RRI Purwokerto.
Alunan musik kentongan bernada gembira mengiringi teaterikal penari membawakan cerita cerita perjuangan dan cerita rakyat. Setiap kelompok diberi waktu sekitar 10 menit untuk beraktraksi di depan panggung kehormatan beralaskan karpet berwarna merah yang disiapkan di selatan alun-alun Purwokerto. Lagu-lagu perjuangan, lagu dolanan dan lagu-lagu daerah dibawakan penyanyi dan penari yang cantik-cantik serta gagah-gagah membuat penonton enggan beranjak dari tempatnya. ( Biantoro/Bin).