Ekonomi Indonesia Waspadai Dampak Kebijakan Trump
Ditulis oleh : Ida Bagus Alit Wiratmaja SH.MH, Wartawan Utama/Anggota Dewas LPP RRI 2010-2015

Spektroom - Pertumbuhan ekonomi dunia masih menunjukkan ketidakpastian, sehingga lembaga keuangan internasional pun memprediksi pertumbuhan yang rendah, misalnya IMF memproyeksikan pertumbuhan di tahun 2025 sebesar 3,3 persen, Bank Dunia/World Bank 2,7 persen dan OECD 3,3 persen.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua tahun 2025 sebesar 5,12 persen, atau membaik dibandingkan pada Triwulan Pertama tahun 2025 yang mencapai 4,87 persen.
Angka ini menunjukkan tren cukup positif dan seperti yang dinyatakan oleh Presiden Prabowo Subianto bahwa capaian ini seiring dengan penguatan konsumsi atau daya beli masyarakat atau berarti juga ekonomi Indonesia cukup stabil dan layanan publik dapat berjalan efektif.
Meskipun terdapat ketidakpastian global tersebut akibat konflik geopolitik yang terus berlanjut, namun kecenderungan pertumbuhan positif ini menunjukkan ketahanan perekonomian Indonesia dibanding beberapa negara lain di kawasan.
Kinerja ekspor yang kuat menjadi andalan dalam menjaga daya saing perekonomian nasional di tengah tantangan perang dagang dan volatilitas pasar global yang nampak masih menekan stabilitas ekonomi nasional.

Kondisi ini diperkirakan menjadi sinyal baik bagi para pelaku usaha dan investor untuk terus optimis dengan masa depan ekonomi Indonesia. Keberlanjutan pertumbuhan di sektor industri hilir dan jasa misalnya harus tetap menjadi fokus pemerintah agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya bertumpu pada sektor primer.
Capaian pertumbuhan ekonomi saat ini juga menunjukkan arah pertumbuhan yang cukup baik sesuai dengan misi Asta Cita Presiden Prabowo dan Wapres Gibran bahwa pemerataan ekonomi di seluruh wilayah menjadi target penting dalam pembangunan nasional.
Oleh sebab itu, sejumlah ahli ekonomi menyampaikan pandangan bahwa pemulihan kelas menengah menjadi kunci pertumbuhan ekonomi, disamping upaya terus membangkitkan industri dengan memberikan proteksi.
Keberhasilan Presiden Prabowo dalam menghasilkan kesepakatan dagang secara resiprokal dengan Presiden Donald Trump diharapkan dapat memberikan kontribusi besar setelah 1 Agustus 2025 dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagaimana diketahui bahwa Amerika Serikat secara resmi menurunkan tarif impor terhadap barang-barang dari Indonesia dari 32 persen menjadi 19 persen pada 1 Agustus 2025. Hal ini sebagai bagian dari kesepakatan dagang resiprokal dengan Indonesia, yang juga meliputi komitmen Indonesia membeli energi dan komoditas AS serta melonggarkan hambatan non-tarif bagi produk Amerika.
Namun demikian, Pemerintah Indonesia mesti tetap mewaspadai dampak dari berbagai kebijakan Trump terhadap nilai tukar rupiah dan ekonomi nasional.
Sementara itu, dari sisi domestik, Indonesia juga menghadapi tekanan dari sejumlah kebijakan ekonomi yang diberlakukan pada 2024, seperti kenaikan tarif PPN menjadi 12 persen, sehingga kebijakan ini secara signifikan dapat memengaruhi daya beli masyarakat kelas menengah.
Kenaikan tarif PPN ini meskipun bertujuan meningkatkan penerimaan negara, namun dikhawatirkan dapat menimbulkan efek domino berupa kenaikan harga barang dan jasa di pasar.
Semoga semua persoalan dalam negeri dan ekonomi global yang masih tidak menentu dapat dikelola dengan baik, sehingga pertumbuhan ekonomi Indonesia berlanjut dengan tren positif menuju target pertumbuhan sekitar tujuh persen.(**)