Ekspor Sawit Meroket Saat Produksi Lokal Turun

Kenaikan ekspor mencerminkan tingginya kebutuhan global atas sawit Indonesia di tengah pelemahan produksi.

Ekspor Sawit Meroket Saat Produksi Lokal Turun
Rawing Rambang Sekretaris Eksekutif GAPKI Kalteng menjelaskan Produksi dan Ekspor Sawit

Spektroom – Industri kelapa sawit Indonesia pada Mei 2025 mencatat ekspor melonjak 49,75 persen hingga US$ 2,82 miliar, meski produksi Crude Palm Oil (CPO) justru turun. Data ini dirilis Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Pusat pada Juli 2025.

Sekretaris Eksekutif GAPKI Kalteng, Rawing Rambang, menjelaskan produksi CPO Mei hanya 4,165 juta ton, turun 7,01 persen dibanding April 2025 yang mencapai 4,479 juta ton. Produksi Palm Kernel Oil (PKO) juga melemah dari 435 ribu ton menjadi 396 ribu ton, Selasa 9/9/2025.

Konsumsi domestik ikut turun 7,81 persen, dari 871 ribu ton pada April menjadi 803 ribu ton. Penurunan dipicu lesunya permintaan pangan dan energi dalam negeri.

Kondisi salah satu lahan sawit di kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah
Kondisi salah satu lahan sawit di Kabupaten Pulang Pisau - Kalimantan Tengah (Foto istimewa Testi)

Sebaliknya, ekspor justru melesat. Tercatat 2,664 juta ton, naik tajam dari 1,779 juta ton pada bulan sebelumnya. Permintaan terbesar datang dari Afrika (297 ribu ton), India (230 ribu ton), Uni Eropa (117 ribu ton), dan China (88 ribu ton). Sementara Rusia mencatat penurunan 27 ribu ton.

Rawing menekankan, kenaikan ekspor mencerminkan tingginya kebutuhan global atas sawit Indonesia di tengah pelemahan produksi. Namun, ia mengingatkan, dinamika ini tak lepas dari faktor geopolitik dan kebijakan perdagangan yang bisa berubah cepat.

Di sisi lain, ancaman embargo produk sawit dari Uni Eropa masih membayangi. Jika kebijakan ini diperluas, maka ketergantungan Indonesia pada pasar tradisional bisa terganggu. Diversifikasi pasar dan diplomasi perdagangan dinilai menjadi kunci agar ekspor sawit tidak terpukul oleh tekanan politik luar negeri.

“Ketidakpastian global membuat arah ekspor sawit harus dicermati. Sawit tetap menjadi tulang punggung ekonomi, tapi dukungan semua pihak dibutuhkan agar kontribusinya berkelanjutan,” pungkas Rawing. (Polin.Testi)