Erwin Akib Dikukuhkan Menjadi Guru Besar Kini Unismuh Makassar Miliki 28 Professor
Reporter: M. Yahya Patta

Spektroom - Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar mengukuhkan Erwin Akib, Ph.D. sebagai guru besar dalam Rapat Senat Terbuka Luar Biasa, di Balai Sidang Muktamar ke-47 Kampus Unismuh Makassar, Senin 6 Oktober 2025.
Erwin ditetapkan sebagai Guru Besar Pendidikan Bahasa Inggris kekhususan Penilaian dan Evaluasi dalam Pembelajaran Bahasa. Ia merupakan Guru Besar ke-28 Unismuh Makassar.
Prosesi pengukuhan diawali dengan penyerahan SK Guru Besar dari Kepala LLDIKTI Dr. Andi Lukman kepada Rektor Unismuh Dr. Abd Rakhim Nanda. Selanjutnya, Rektor menyerahkan SK tersebut kepada Prof. Erwin Akib, Ph.D.
Pengukuhan Guru Besar ini dihadiri sejumlah tokoh, antara lain yang berasal dari Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah, Rektor sejumlah perguruan tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA) dari berbagai wilayah, seperti UM Sumatera Utara, UM Jambi, Uhamka, dan PTMA se Kawasan Timur Indonesia.
Dalam orasi ilmiahnya yang bertajuk “Penilaian Kritis: Implementasi Pendekatan Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) untuk Penilaian di Indonesia”, Erwin mengingatkan bahwa esensi pendidikan bukan terletak pada angka, tetapi pada hubungan manusiawi antara guru dan murid.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir hadir secara virtual memberikan amanat, sedangkan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel Prof. Ambo Asse dan Kepala LLDIKTI IX Dr. Andi Lukman hadir secara langsung.
Tampil memberikan testimoni melalui video, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Abdul Mu'ti, Menteri Desa Yandri Susanto, Wamen Diktisaintek Prof. Fauzan, dan Wamen Perlindungan Pekerja Migran Indonesia, Zulfikar Ahmad Tawalla.
“Asesmen bukan sekadar alat ukur hasil belajar, melainkan ruang refleksi dan pertumbuhan bersama,” ujar Erwin membuka orasinya di hadapan sivitas akademika, rekan sejawat, dan tokoh pendidikan Muhammadiyah.
Dalam orasinya, Erwin menyajikan data empiris hasil survei terhadap 199 guru Muhammadiyah di Sulawesi Selatan. Penelitiannya menggunakan empat dimensi dari kerangka New Pedagogies for Deep Learning: kemitraan, lingkungan belajar, praktik pedagogis, dan pemanfaatan teknologi digital.
Hasil riset itu mengungkap peta yang jujur. Guru-guru Muhammadiyah dikenal kuat dalam aspek kemitraan dengan orang tua, komunikasi, dan kolaborasi pembelajaran, tetapi masih lemah dalam pertanyaan reflektif Socratic, rubrik berpikir kritis, serta literasi digital dan kewarganegaraan digital.
“Kelemahan bukan berarti kegagalan,” ujar Erwin. “Itu panggilan bagi kita untuk memperbaiki ekosistem pendidikan agar lebih memberi ruang bagi eksplorasi dan kesadaran kritis.”
Ia menekankan bahwa guru masa depan tidak cukup menguasai teknologi, tetapi juga perlu berjiwa pembelajar reflektif—mampu mendengarkan, memberi umpan balik, dan membangun dialog yang memerdekakan.
Dalam penelitiannya, ia menemukan bahwa hanya sekitar 25 persen guru yang menggunakan dasbor data siswa untuk memantau perkembangan belajar. Sementara hanya 20 persen yang pernah memfasilitasi konferensi video lintas negara untuk memperluas wawasan global siswa.
Angka-angka itu bukan sekadar statistik bagi Erwin. Ia memaknainya sebagai panggilan etis untuk menumbuhkan literasi digital yang berjiwa. “Kecerdasan digital tanpa kesadaran moral hanya akan melahirkan alienasi baru di dunia pendidikan,” ujarnya lirih.
Ia mengusulkan agar pelatihan guru Muhammadiyah ke depan berfokus pada tiga ranah: pertanyaan reflektif (Socratic), asesmen berbasis rubrik berpikir kritis, dan pemanfaatan teknologi yang kontekstual.

Lahir di Parepare, 1 Oktober 1976, Erwin tumbuh dalam kultur keluarga Muhammadiyah yang menekankan pentingnya ilmu dan adab. Ia menamatkan S1 Pendidikan Bahasa Inggris di Unismuh Makassar (2000), lalu S2 Penelitian dan Evaluasi Pendidikan di Universitas Negeri Yogyakarta (2005). Minatnya pada metodologi dan pengukuran membawanya menempuh S3 Measurement and Evaluation di Universiti Teknologi Malaysia (2016).
Perjalanan intelektual Erwin Akib memperlihatkan konsistensi antara gagasan dan tindakan. Ia bukan hanya peneliti, melainkan juga praktisi pendidikan dan penggerak organisasi Muhammadiyah. Saat ini ia menjabat sebagai Ketua Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Nonformal PWM Sulawesi Selatan, sekaligus Anggota Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah periode 2022–2027.
Di Unismuh Makassar, Erwin memulai karier sebagai dosen tetap Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP Unismuh, kemudian dipercaya sebagai Ketua Program Studi pada periode 2011–2018. Setelah itu, Erwin memimpin Kantor Urusan Internasional (International Office) Unismuh.
Kiprah kepemimpinannya di Unismuh dilanjutkan sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) selama dua periode sejak 2018 hingga 2025. Di bawah kepemimpinannya, semua prodi S1 di FKIP meraih akreditasi Unggul.
Kini, ia dipercaya sebagai Direktur Pascasarjana Unismuh Makassar. Di luar Unismuh, ia juga mengemban amanah sebagai Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Jambi, dan Anggota BPH Universitas Muhammadiyah Buton.