Future Dialogue 2025 : Baca Ulang Arah Indonesia, Cakrawala Masa Depan
Spektroom - Bencana banjir dan longsor yang kembali menghantam di Sumatra dalam dua minggu terakhir menjadi pengingat bahwa Indonesia tengah memasuki masa yang tidak sederhana.
Krisis kesehatan, iklim, ketidakpastian ekonomi, dan konsumsi rokok orang muda terus meningkat memperlihatkan urgensi ruang yang mampu menyatukan suara dan analisis orang muda.
Di tengah kebutuhan akan ruang refleksi lintas sektor, Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC) menghadirkan Future Dialogue 2025, Cakrawala Masa Depan, forum yang mengumpulkan pemikir, praktisi, dan penggerak muda untuk membaca ulang arah Indonesia melalui tiga cakrawala, inovasi & kepemimpinan, kesehatan, kesetaraan & kesejahteraan serta iklim & pembangunan.

Ketua Umum IYCTC, Manik Marganamahendra, menegaskan bahwa masa depan bukan sesuatu yang dijanjikan, tetapi dikerjakan.
Persoalan makin kompleks, dari prevalensi perokok yang meningkat, layanan kesehatan yang timpang, hingga kebutuhan regulasi udara bersih seperti Raperda Kawasan Tanpa Rokok (KTR) yang tertunda 14 tahun.
Dia menyebut Future Dialogue sebagai upaya awal untuk mendorong kerja-kerja perubahan di isu-isu yang menyentuh hidup orang muda, dari hunian layak, pekerjaan yang adil, hingga lingkungan yang sehat.
Manik juga menyoroti solidaritas warga dalam gerakan donasi cepat untuk bencana di Sumatra sebagai bukti bahwa bahwa perubahan terkadang datang lebih cepat dari masyarakat ketimbang birokrasi.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi DKI Jakarta Andri Yansah menekankan, bahwa suara pemuda harus masuk dalam perumusan kebijakan, terutama menuju Indonesia Emas 2045.
Dengan lebih dari 1,7 juta Gen Z di Jakarta, Andri Yansah tekankan pentingnya pendidikan, pelatihan, dan ekosistem wirausaha yang mendorong kreativitas pemuda.
Dirinya juga menegaskan bahwa pembangunan tidak bisa dilaksanakan secara sektoral.
Karena itu, Pemprov DKI membentuk Tim Koordinasi Pelayanan Kepemudaan sebagai upaya mengintegrasikan berbagai program lintas perangkat daerah, termasuk penguatan ekonomi kreatif, kesehatan, ruang aman publik, serta berbagai inisiatif berjenjang seperti wirausaha pemuda, aksi sosial, dan pemuda pelopor.
Menurutnya, capaian Jakarta dalam Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) tidak boleh berhenti pada angka, melainkan tercermin pada kualitas hidup pemuda yang lebih baik.
Lain lagi dengan Community Engagement Specialist, Hasna Pradityas membawa perspektif lain inovasinya di lapangan yang seringkali lahir dari keresahan. Hasna bercerita bagaimana aplikasi berhenti merokok yang dulu ia bangun tidak diterima masyarakat karena tidak berangkat dari kebutuhan mereka.

Orang muda bukan butuh fitur canggihnya. Mereka butuh ruang untuk membongkar jebakan industri rokok
Pengalaman itu membuatnya menekankan pentingnya asesmen, bahasa yang tepat, dan membaca pola konsumsi informasi orang muda agar inovasi tidak berhenti sebagai ide, tetapi menjadi gerakan.
Dari sisi layanan, Purwanti Aminingsih, Direktur Operasional Kimia Farma Diagnostika menyoroti meningkatnya penyakit tidak menular di usia muda. Kesehatan itu preventif. Tanpa edukasi dan kebiasaan yang sehat, fasilitas secanggih apa pun tidak cukup.
Purwanti mencatat meningkatnya kesadaran korporasi terhadap pemeriksaan kesehatan rutin dan kesehatan mental karyawan.
Future Dialogue memastikan suara orang muda tidak berhenti di forum, tetapi benar-benar sampai ke ruang di mana keputusan diambil.(@Ng).