GMNI Akhiri Fragmentasi, Tegaskan Persatuan sebagai Jalan Perjuangan
Spektroom – Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (DPP GMNI) resmi mendeklarasikan persatuan nasional dalam agenda Rekonsiliasi Persatuan Nasional dan Pengukuhan Pengurus DPP GMNI Periode 2025–2028.
Kegiatan ini digelar selama tiga hari, 15–17 Desember 2025, di Inna Bali Heritage, Kota Denpasar, Bali.
Deklarasi tersebut menjadi penanda penting bagi GMNI untuk mengakhiri fragmentasi internal yang selama ini terjadi, sekaligus memulihkan keutuhan organisasi sebagai fondasi utama perjuangan mahasiswa nasionalis di tengah dinamika kebangsaan yang terus berkembang.
Ketua Umum DPP GMNI, Arjuna Putra Aldino, menegaskan bahwa persatuan merupakan syarat mutlak agar GMNI kembali tampil sebagai organisasi pelopor.
Menurutnya, kepentingan organisasi harus ditempatkan di atas kepentingan pribadi maupun ego kelompok.
“Persatuan adalah jalan satu-satunya agar GMNI kembali menjadi organisasi pelopor di tengah zaman yang meleset, dengan mengutamakan kepentingan organisasi di atas kepentingan dan ego pribadi,” ujar Arjuna, Rabu (17/12/2025).
Arjuna juga menyampaikan dukungannya terhadap kepemimpinan DPP GMNI periode 2025–2028 di bawah Muhammad Risyad Fahlefi dan Patra Dewa sebagai nahkoda baru organisasi.
Ia optimistis, kepemimpinan baru mampu membawa GMNI ke arah yang lebih progresif dan revolusioner.
“Kapal kepengurusan Risyad–Patra akan membangun GMNI yang progresif dan revolusioner. Semua mandat dan kepemimpinan organisasi hari ini telah berada di tangan mereka,” tegasnya.
Ia menambahkan, persatuan tidak boleh dimaknai sebagai sesuatu yang instan, melainkan sebagai proses berkelanjutan yang harus terus diperkuat.
Persatuan, kata Arjuna, harus dimulai dari kesadaran kader, keikhlasan menanggalkan ego, serta keberanian untuk bergerak bersama.
Sementara itu, Ketua Umum DPP GMNI Periode 2025–2028, Muhammad Risyad Fahlefi, menegaskan bahwa rekonsiliasi dan deklarasi persatuan nasional ini bukan sekadar seremoni politik, melainkan titik awal konsolidasi ideologis dan organisatoris GMNI ke depan.
“Rekonsiliasi ini adalah bentuk kedewasaan politik GMNI. Persatuan bukan tanda kelemahan, tetapi kesadaran bahwa GMNI jauh lebih besar daripada ego, jabatan, dan luka masa lalu,” ujar Risyad.
Risyad menekankan pentingnya GMNI kembali berdiri sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan yang berpijak pada satu ideologi yang sama, yakni Marhaenisme dan ajaran Bung Karno.
“Tanpa persatuan, ideologi kehilangan daya gerak. Karena itu, persatuan harus diwujudkan melalui penguatan organisasi, kaderisasi, dan keberpihakan GMNI pada rakyat,” tegasnya.
Ia pun mengajak seluruh kader GMNI di Indonesia untuk meninggalkan sekat-sekat lama dan menjadikan persatuan sebagai modal utama dalam menjalankan mandat ideologis GMNI secara konsisten dan berkelanjutan.
“Sejarah harus menjadi guru, bukan penjara. Hari ini kita menutup lembar dinamika internal dan membuka babak baru perjuangan GMNI yang lebih matang, progresif, dan revolusioner,” pungkas Risyad.
(Sumber: Mahesa GMNI)
.