GTM, Salah Satu Bentuk Gangguan Makan Yang Sering Dijumpai Pada Anak

Spektroom - Program Tamasya (Taman Asuh Sayang Anak) Kementerian kependudukan dan pembangunan keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) bertujuan untuk mendukung perempuan pekerja dan anak-anak usia dini dengan menyediakan penitipan anak berkualitas.
Program ini memberikan empat layanan utama, peningkatan kompetensi pengasuh, pemantauan tumbuh kembang anak, peningkatan keterlibatan orang tua, dan layanan rujukan.
Hal itu dikatakan Wakil Menteri Kemendukbangga/ Wakil Kepala BKKBN Ratu Ayu Isyana Bagus Oka pada sesi Tamasya di Kerabat 9 : Mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) - Antara Tumbuh Kembang dan Tantangan Pola Asuh, Kamis (23/10/2025).
Menurutnya, GTM adalah kondisi ketika anak menolak untuk makan atau menutup mulutnya saat diberikan makanan.
Penolakan ini dapat bersifat sementara atau berlangsung dalam waktu yang cukup lama.
"Fase GTM seringkali membuat orang tua cemas, apalagi jika berlangsung lama, karena kekhawatiran akan kecukupan gizi yang masuk ke tubuh anak. Kekhawatiran ini terkadang membuat orang tua menyerah dengan bantuan screen time atau layar" katanya.

GTM, lanjut Isyana Bagus Oka, merupakan salah satu bentuk feeding difficulty (gangguan makan) yang sering dijumpai pada anak, khususnya pada masa peralihan, seperti saat mulai Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga usia prasekolah.
Penyebab GTM bisa beragam, faktor Fisiologis, seperti mulai tumbuh gigi, ada luka di mulut, seperti sariawan. Bisa juga sedang mengalami gangguan pencernaan.
"Penyebab lainnya adalah aktor psikososial, seperti pengalaman negatif saat makan, hingga feeding practice yang tidak sesuai, misalnya jadwal makan yang tidak teratur dan penggunaan gawai saat makan, ini juga bisa menjadi salah satu faktor GTM anak" terangnya lagi.
Perubahan Lingkungan Rumah juga bisa menjadi penyebab GTM, misalnya kehadiran adik baru, adanya rutinitas keluarga yang sering berubah-ubah.
"Jika tidak ditangani dengan tepat, GTM yang berkepanjangan dapat berdampak serius seperti malnutrisi, defisiensi mikronutrien, hingga gangguan perkembangan fisik dan kognitif anak" ucap Isyana Bagus Oka.
Selain itu, jika saat makan dibarengi dengan tekanan-tekanan, hal ini dapat meninggalkan luka psikologis pada anak dan menjadikan waktu makan sumber stres bagi anak dan orang tua.
"Oleh karenanya penting bagi orang tua untuk tetap tenang, tidak panik, dan fokus mencari solusi dengan penuh kesabaran, serta dibarengi kerja sama yang baik antara ayah dan ibu" pungkasnya.
Sesi Tamasya di Kerabat 9 : Mengatasi Gerakan Tutup Mulut (GTM) - Antara Tumbuh Kembang dan Tantangan Pola Asuh yang digelar melalui Zoom Meet ini dimoderatori oleh Founder, Komunitas IMPASI Bayi Sehat Ibenk Hafiz Miraza dengan narasumber dokter dan ahli gizi masyarakat Dr.dr. Tan Shot Yen, M.Hum.(@Ng).