Guru Besar UNS Kritik Kemenkes

Guru Besar UNS Kritik Kemenkes

SPEKTROOM. -iD - Para Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta kembali menyampaikan kritik terhadap arah kebijakan Kementerian Kesehatan yang dinilai menimbulkan keprihatinan di kalangan akademisi UNS .

Kritik disampaikan sebagai bagian dari pernyataan Forum Guru Besar Kedokteran Indonesia " Suara Sang Semar " yang menanggapi dinamika tata kelola kesehatan Nasional.

Dalam pernyataannya, Guru Besar Fakultas Kedokteran UNS, Prof. Tonang Dwi Ardiyanto yg didampingi 3.profesor mengatakan pernyataan sikap bukan bentuk perlawanan terhadap perubahan, melainkan tanggung jawab etis atas kebijakan yang melemahkan kepercayaan publik.

Sedang narasi-narasi yang dibangun Kementerian Kesehatan dalam pelaksanaan UU Kesehatan justru menciptakan dikotomi dan memperlemah dialog antar pemangku kepentingan.

Selain itu, Prof. Tonang juga memberikan apresiasi atas perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap suara keprihatinan guru besar yang telah disampaikan secara terbuka pada 20 Mei 2025.

Pihaknya menegaskan, suara para guru besar merupakan bagian dari perjuangan untuk menjaga kualitas dan keberlangsungan sistem kesehatan nasional.
" Kami menyuarakan keprihatinan sebagai bagian dari rakyat dan akademisi yang memiliki tanggungjawab intelektual.Pernyataan kami bukan bentuk pwelawanan terhadap perubahan, melainkan tanggung jawab etis atas kebijakan yang melemahkan kepercayaan publik " ungkap Prof Tonang ( Kamis, 12/06/2025 )

Sementara itu, Dekan Fakultas Kedokteran UNS, Prof. Reviono, menyoroti pernyataan Menteri Kesehatan terkait pendidikan dokter spesialis dan meminta agar Menteri Kesehatan tidak mem-framing pendidikan dokter spesialis di Indonesia sebagai sistem yang buruk.

Selain itu beberapa pernyataan Menteri Kesehatan terkait bullying di PPDS dan minimnya peran dosen dalam pendidikan dokter tidak sepenuhnya tepat, apalagi UNS sudah memiliki sistem deteksi dini dan komitmen untuk menindak tegas jika terjadi pelanggaran.


Prof. Reviono juga menolak rencana pelaksanaan sistem hospital based di rumah sakit yang sudah memiliki sistem university based, karena dinilai akan menimbulkan konflik dalam manajemen pendidikan dan pelayanan. Sehingga pernyataan Menteri Kesehatan yang membandingkan sistem pendidikan dokter spesialis Indonesia dengan negara lain tidak didasarkan pada kajian akademik yang valid dan menyayangkan pernyataan tersebut disampaikan ke publik tanpa bukti ilmiah.


" Kalau ingin membandingkan sistem pendidikan sebaiknya melalui kajian ilmiah dan forum yang tepat, bukan hanya berdasarkan informasi." Ungkap Prof Reviono


Dalam menyampaikan pernyataan sikap prof Tonang didampingi prof dokter yusup subagio, prof Trisulo Wasyanto,dan Prof Reviono dimana Para guru besar Fakultas Kedokteran UNS tetap mendukung reformasi di bidang kesehatan, namun menolak kebijakan yang tidak berbasis data, dialog, dan prinsip keilmuan.( Dan)

Berita terkait