Hadirkan Mitra Dari Sektor Pertanian Dan Perkebunan , Fakultas Pertanian Universitas Jember Gelar Talk Show
Tantangan pertanian modern tidak hanya soal teknis produksi, melainkan juga menyangkut keberanian generasi muda dalam mengembangkan inovasi

Spektroom - Fakultas Pertanian Universitas Jember (Faperta UNEJ) menyelenggarakan Talk Show bertajuk “Membangun Masa Depan Pertanian Berkelanjutan dan Sejahtera” di Auditorium Fakultas Pertanian, Sabtu pagi (30/8/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh civitas akademika, mahasiswa, alumni, serta mitra strategis dari sektor pertanian dan perkebunan.
Acara dibuka oleh Dr. Fendi Setyawan, S.H., M.H., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Jember, menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda dalam sektor pertanian. Menurutnya, tantangan pertanian modern tidak hanya soal teknis produksi, melainkan juga menyangkut keberanian generasi muda dalam mengembangkan inovasi, memperkuat kewirausahaan, serta menjawab isu perubahan iklim dan keberlanjutan. “Generasi muda harus mampu memadukan teknologi dengan kearifan lokal,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Universitas Jember ini juga mengkritik kebijakan resi gudang yang belum berjalan efektif dan menyoroti inefisiensi dalam rantai distribusi, di mana petani mendapatkan harga murah, sementara konsumen membeli dengan harga mahal. Ia mendorong kolaborasi antara industri dan petani melalui pola kemitraan untuk memutus rantai distribusi yang merugikan.

Sementara itu, Prof. M. Rondhi, S.P., M.P., Ph.D., Dekan Fakultas Pertanian Universitas Jember, dalam paparannya menekankan peran perguruan tinggi dalam mendukung program pemerintah menuju swasembada pangan. Ia menjelaskan, Indonesia memiliki sekitar 82 juta hektare lahan potensial untuk pertanian, dengan 45% sudah teririgasi dan 55% belum. Ia lantas menekankan, definisi pangan kini meluas, tidak hanya padi, tetapi juga jagung, peternakan, dan perikanan. rendahnya indeks pertanaman (IP) di banyak wilayah yang hanya 1-2 kali setahun, padahal seharusnya bisa 3 kali, dan menantang pemerintah untuk meningkatkan jaringan irigasi. “Pemerintah sudah punya program cetak lahan sejuta hektare, tetapi harus diimbangi dengan edukasi kepada masyarakat,” ujarnya.
Muhammad Habib, Ketua Mahareksi sekaligus alumni Fakultas Pertanian UNEJ, berbagi pengalaman tentang tantangan wirausaha di sektor pertanian. Ia menyebut bahwa lulusan pertanian harus berani menjadi pelaku usaha, bukan sekadar pencari kerja. “Pertanian adalah sektor dengan peluang bisnis yang sangat besar, mulai dari produksi, hilirisasi, hingga distribusi. Yang diperlukan adalah keberanian, inovasi, serta kemampuan membangun jaringan,” ungkapnya.

Pada sesi Konferensi Persnya Setya Pribadi, Ketua Umum Bahtera Mitra Mahardika, Sebagai perwakilan dari LSM di Yogyakarta, menyebutkan program BMM Goes to Campus yang bertujuan memberikan edukasi tentang kelapa sawit berkelanjutan. “Sawit ini dapat memenuhi kebutuhan pangan dan energi,” jelasnya, seraya menyoroti potensi sawit sebagai biofuel yang ramah lingkungan.

Sementara itu, pada kesempatan terpisah, Irma Kusuma, mahasiswi Agroteknologi Faperta Universitas Jember, menyatakan bahwa kegiatan ini sangat menginspirasi dan membuka wawasan mahasiswa. “Kami sebagai generasi muda merasa lebih optimis setelah mendengar paparan para narasumber. Ternyata peluang di dunia pertanian sangat luas. Kita tidak melihat pertanian ini sebagai hal yang kotor lagi, karena adanya pertanian presisi, agrikultur 4.0 yang melibatkan teknologi-teknologi AI, dan juga teknologi seperti drone untuk menggarap tanaman,” kata Mahasiswi asal Banyuwangi ini.(is)