Harga Cabai Meroket Jateng Gelar Operasi Pasar Cabai Serentak
Spektroom — Merespons lonjakan harga cabai dalam dua bulan terakhir, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah melaksanakan operasi pasar secara serentak. Langkah ini menjadi strategi utama menahan tekanan inflasi serta memastikan ketersediaan pasokan di tengah gangguan distribusi akibat bencana di sejumlah wilayah.
Operasi pasar pertama digelar pada Rabu (10/12/2025) di Pasar Legi Solo dan Pasar Karangayu Semarang. Cabai dijual dengan harga Rp65.000/kg, jauh di bawah harga pasar, sebagai bentuk perlindungan daya beli masyarakat.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Defransisco Dasilva Tavares, menegaskan bahwa stabilisasi harga tidak cukup dilakukan di tingkat pedagang. Pemerintah juga memperkuat sektor produksi melalui intervensi budidaya, penyediaan benih, hingga pengembangan kawasan sentra cabai.
“Pengendalian harus dimulai dari hulunya. Kami memastikan panen jatuh pada periode defisit sehingga harga tidak melonjak,” ujar Defransisco.
Bank Indonesia juga terlibat dalam penguatan pasokan lewat pendampingan teknis pada 18 persen area tanam kelompok mitra, terutama pada periode off season untuk menjamin ketersediaan komoditas saat kebutuhan meningkat.
Deputi Direktur KPw BI Jateng, Wahyu Dewanti, menekankan bahwa stabilitas harga merupakan fondasi keseimbangan ekonomi masyarakat. Upaya pengendalian dilakukan secara terpadu melalui operasi pasar, Gerakan Pangan Murah, serta subsidi harga dari Dinas Ketahanan Pangan.
“Yang penting bukan hanya menurunkan harga sesaat, tetapi memastikan keberlanjutan produksi agar stabilitas jangka panjang terjaga,” katanya.
Pasokan untuk operasi pasar berasal dari kelompok champion Petarung Sejati yang menyuplai 18 persen kebutuhan. Kelompok petani ini bermitra dengan BUMD PT JTAB sebagai off taker cadangan pangan strategis.
Ketua Champion Petarung Sejati, Sunan, menyatakan bahwa pola kemitraan tersebut memberi kepastian harga bagi petani sekaligus melindungi konsumen dari lonjakan harga ekstrem.
“Kami tidak hanya menjual cabai, tetapi menjaga nilai panen sekaligus memastikan masyarakat tidak terbebani ketika harga naik,” ungkapnya.
Selain itu, TPID Jateng juga menambah kawasan tanam cabai seluas 300 hektare di 15 daerah dengan pola off season. Produksi ini ditargetkan menopang pasokan pada Oktober–Desember, periode yang sering mengalami defisit.
Melalui kombinasi operasi pasar, subsidi harga, perluasan area tanam, dan optimalisasi BUMD sebagai off taker, Jawa Tengah berupaya menjalankan pengendalian harga secara komprehensif untuk menjaga kesejahteraan petani dan kestabilan pengeluaran rumah tangga.
(Ning Biantoro)