Hari Pangan Sedunia: Sekolah Peternakan Rakyat Hidupkan Kembali Kedaulatan Pangan di Pegunungan Arfak

Spektroom – Hari Pangan Sedunia 16 Oktober menjadi refleksi bahwa kedaulatan pangan bukan sekadar isu global, tetapi juga tantangan nyata di daerah. Di tengah gempuran krisis pangan dan kebutuhan protein hewani yang terus meningkat, upaya untuk membangkitkan kembali potensi lokal menjadi kunci.
IPB University, di Bogor, Rabu (15/10/2025) menyebutkan, Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) yang digagas IPB University turut menyumbang peran. Inovasi sosial IPB University ini berupaya menghidupkan kembali kedaulatan pangan lokal di pelosok timur Indonesia.
Di balik keindahan alam Pegunungan Arfak, tersimpan sebuah memori kelam. Dahulu, saat kolonial Belanda berkuasa, wilayah ini pernah menjadi surga peternakan sapi perah. Namun setelah kemerdekaan, peternakan ditinggalkan, menyisakan hamparan lahan subur yang terlantar.
Kini, setelah puluhan tahun berlalu, harapan itu kembali bersemi. Sekolah Peternakan Rakyat (SPR) IPB University, yang telah membuktikan keberhasilannya di berbagai pelosok Indonesia, termasuk Kabupaten Fakfak sejak 2023, kini merambah ke tiga kabupaten baru di Bumi Cendrawasih: Pegunungan Arfak, Manokwari, dan Manokwari Selatan.
Prof Muladno, sang penggagas SPR IPB University, melihat potensi luar biasa di balik tantangan yang ada.
“Kabupaten Pegunungan Arfak memiliki hamparan lahan luas dan kekayaan alam besar, namun sumber daya manusia petani dan peternak masih terbatas,” paparnya saat berkunjung langsung ke Pegunungan Arfak, beberapa waktu lalu.
Kondisi mikroklimat sejuk 18–22°C, tanah subur, dan air melimpah di Pegunungan Arfak bagaikan anugerah alam untuk peternakan. Prof Agik Suprayogi, salah satu pendiri SPR IPB University, yakin wilayah ini sangat potensial untuk pengembangan sapi perah dengan konsep agrosilvopastoral.
“Sekolah Peternakan Rakyat diharapkan mampu mengubah mindset para petani dan peternak,” katanya penuh optimisme. Harapan ini bukan angan-angan belaka. SPR yang kini telah tersebar di 29 kabupaten dan 18 provinsi menunjukkan konsistensi IPB University dalam mengawal kedaulatan pangan.
Perwakilan Solidaritas Alumni SPR Indonesia (SASPRI), Arya Wishnuardi menegaskan strategi yang tepat sasaran: komoditas ayam untuk Manokwari, sapi potong untuk Manokwari Selatan—keduanya sudah menjadi tumpuan ekonomi masyarakat setempat.
“Yang diperlukan sekarang adalah melatih mindset dan membuka akses pasar yang lebih luas,” tambahnya.
Dekan Fakultas Peternakan Universitas Papua, Prof Andoyo Supriyantono, menyambut antusias kehadiran IPB University. Kolaborasi ini bukan sekadar transfer teknologi, melainkan kebangkitan kembali mimpi lama Papua Barat—menjadi mandiri dalam pangan dan sejahtera dalam peternakan.