IOI Grup Benchmark ke Pulau Salat, Mendalami Pengelolaan Orangutan

Spektroom - Pulau Salat di desa Pilang, Kalimantan Tengah, menjadi sorotan sebagai pusat pembelajaran konservasi orangutan. Tim Sustainability IOI Group, dipimpin oleh Nazlia Syahputri, melakukan benchmark untuk mempelajari praktik pengelolaan orangutan melalui program pra-pelepasliaran yang dilaksanakan di kawasan ini, Kamis, 4 September 2025.
Nazlia mengatakan benchmark ini dilakukan untuk memahami lebih dalam proses pengelolaan orangutan yang dilakukan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) di Pulau Salat. Menurutnya, kehadiran individu orangutan di kawasan High Conservation Value (HCV) milik IOI Group menuntut adanya monitoring dan pengelolaan yang berkelanjutan.
“Kami melihat langsung bagaimana Pulau Salat dikelola. Kami sangat mengapresiasi kolaborasi PT SSMS Tbk dengan BOS Foundation, dan pengalaman ini memberikan banyak pembelajaran bagi kami,” ujarnya.
Kunjungan Tim IOI mendapat sambutan positif dari Andri Najiburrahman, Dept. Head Sustainability PT SSMS Tbk. Andri mengakui bahwa benchmark ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh perusahaan sejenis di Pulau Salat.
“Pulau Salat adalah proyek konservasi orangutan yang melibatkan banyak pemangku kepentingan: pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat. Saat ini ada 35 individu orangutan di Pulau Salat. Kami bangga tempat ini menjadi benchmark IOI Group dalam pengelolaan orangutan,” ungkapnya.
Sejak beroperasi sebagai pulau pra-pelepasliaran, Pulau Salat telah berhasil mengembalikan lebih dari 50 individu orangutan ke habitat aslinya di kawasan taman nasional dalam kurun waktu 8 tahun terakhir. Capaian ini jadi bukti nyata keberhasilan program pra-pelepasliaran, sekaligus menegaskan peran penting Pulau Salat dalam mendukung konservasi orangutan di Indonesia.
Sebagai perusahaan perkebunan yang berkomitmen terhadap keberlanjutan, PT SSMS Tbk terus meningkatkan pengelolaan area HCV sebagai habitat penting keanekaragaman hayati. Fokus utama diberikan perlindungan orangutan, spesies endemik Kalimantan yang berstatus langka dan terancam punah. Konservasi orangutan di Pulau Salat menjadi bukti nyata upaya SSMS menjaga keseimbangan ekosistem sekaligus menjawab tantangan global terhadap hilangnya habitat satwa liar.
Sementara itu, Henky Satrio Wibowo, Chief Sustainability Officer PT SSMS Tbk, menekankan bahwa benchmark ini dapat membuka peluang kolaborasi lebih luas dengan IOI Group maupun perusahaan sawit lainnya dalam pengelolaan orangutan.
“Konservasi bukan sekadar tanggung jawab, melainkan janji untuk masa depan. Dengan komitmen yang diwajibkan RSPO hingga 25 tahun ke depan, Pulau Salat terus dikembangkan dan dilaporkan secara rutin setiap tahun. Harapannya, kawasan ini kelak dapat menjadi pusat riset dan pembelajaran konservasi di Indonesia,” tegas Henky.
Kunjungan benchmark ini menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga keberlangsungan orangutan di habitat alaminya. Pulau Salat kini bukan hanya menjadi rumah sementara bagi orangutan, tetapi juga simbol keberhasilan konservasi, pusat inspirasi, dan bukti nyata komitmen terhadap perlindungan keanekaragaman hayati Indonesia. (Polin.Testi)