IPH Tinggi, Pemda Harus Serius Pantau Perkembangan Harga di Wilayahnya.

SPEKTROOM.ID - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Tomsi Tohir meminta pemerintah daerah (Pemda) yang memiliki Indeks Perkembangan Harga (IPH) tinggi agar segera mengambil langkah pengendalian.
Hal tersebut disampaikannya dalam Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Tahun 2025 yang digelar secara hybrid dari Ruang Sidang Utama (RSU), Kantor Pusat Kemendagri, Jakarta, dan diikuti oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, termasuk Provinsi Lampung, Senin (23/6/2025).
Menurut Tomsi Tohir, perubahan Indeks Perkembangan Harga (IPH) sebagai proksi inflasi berpengaruh langsung pada harga yang dirasakan masyarakat. Ia menyebutkan lima kabupaten dengan IPH tertinggi, yaitu Kabupaten Bombana 3,77 %, Lamongan 3,32 %, Donggala 3,3%, Poso 2,96 %, dan Buton 2,87 %.
“Yang termasuk IPH-nya tinggi, tolong berupaya sekeras-kerasnya. Karena apa? Karena ini bukan hanya masalah data, tetapi masyarakat merasakan harganya naik. Itu yang diupayakan,” katanya.
Ia juga mendorong agar Pemda benar-benar memantau perkembangan harga di wilayah masing-masing demi memastikan masyarakat mendapat harga yang wajar dan terjangkau.
Dari kanal YouTube Kemendagri diketahui, perhatian khusus diberikan pada komoditas utama yang menyumbang kenaikan IPH, seperti beras, daging ayam ras, bawang merah, cabai rawit, telur ayam ras, cabai merah, dan minyak goreng.
“Kita bekerja betul-betul untuk melayani masyarakat tersebut. Terutama di daerah kita masing-masing,” imbuhnya.
Dalam Rakor tersebut, Tomsi juga memaparkan data inflasi year-on-year pada Mei 2025 di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Sepuluh provinsi dengan inflasi tertinggi, seperti Papua Pegunungan 5,75 %, Sulawesi Barat 3,21 %, Sulawesi Tengah 2,61 %, Aceh 2,35 %, Sumatera Selatan 2,33 %, Papua Tengah 2,26%, Maluku 2,24 %, Papua Selatan 2,19 %, Lampung 2,12 %, dan DKI Jakarta 2,07 %.
Komoditas Dominan Beri Andil Inflasi
Diforum yang sama Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statistik (BPS) Dr. Pudji Ismartini, M.App.Stat menerangkan
komoditas yang dominan memberikan andil atau sumbangan inflasi atau deflasi pada Mei 2020 secara year to date, adalah emas perhiasan, kemudian beras cabe merah dan juga kopi bubuk.
(Foto : Capture YouTube Kemendagri)
"Ke -3 komoditas ini merupakan komoditas yang memberikan andil inflasi tertinggi dan muncul sebagai penyumbang inflasi bulanan lebih dari satu kali dallam 5 bulan terakhir di tahun 2025." terang Pudji Ismartini
Pudji Ismartini mencontohkan, emas perhiasan misalkan, dalam 5 bulan sejak Januari hingga Mei 2025 selalu muncul sebagai komoditas yang menyumbang andil inflasi. Kemudian beras menyumbang andil inflasi selama 4 bulan dari 5 bulan berjalan di tahun 2025 ini.
Bahkan kopi bubuk menyumbang andil inflasi sebanyak tiga kali dalam 5 bulan di tahun 2025 ini, begitu juga dengan kelapa.
"Sementara yang menyumbang andil deflasi, yang pertama adalah daging ayam ras menyumbang andil deflasi sebanyak 3 kali dalam 5 bulan disepanjang tahun 2025. Kemudian telur ayam ras dan angkutan udara menyumbang andil deflasi sebanyak 3 kali di sepanjang tahun 2025 ini." rinciannya.
Pudji Ismartini melanjutkan, untuk Indeks Perkembangan Harga (IPH) pada minggu ketiga, Juni 2025 ini berdasarkan data SP2KP (Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok) tercatat ada 15 provinsi yang mengalami kenaikan IPH.
"Sementara 21 provinsi yang mengalami penurunan dan dua provinsi lainnya tercatat stabil, secara spasial adalah Kalimantan dominan berwarna hijau begitu juga dengan wilayah Papua, Papua Tengah dan Papua Pegunungan, Papua Selatn kemudian beberapa wilayah di Sulawesi, Maluku, Maluku Utara dan Nusa tenggara"pungkasnya. (@Ng)