Jateng Jadi Sentral Cabe Nasional Deklarasi Gerakan Petani Peduli Inflasi di Magelang

Jateng Jadi Sentral Cabe Nasional Deklarasi Gerakan Petani Peduli Inflasi di Magelang
PETANI PEDULI INFLASI – Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi bersama Kepala Perwakilan BI Jateng Rahmat Dwisaputra, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Muhammad Agung Sunusi, Asisten Perekonomian Setda Jateng Sujarwanto Dwiatmoko, Bupati Magelang Greget, serta para champion cabe berfoto bersama usai Deklarasi Gerakan Petani Peduli Inflasi di Magelang, Senin (22/9).(Foto : Ning Biantoro)

Spektroom : – Jawa Tengah kian menegaskan posisinya sebagai sentral produksi cabe nasional. Hal itu ditandai dengan deklarasi Gerakan Petani Peduli Inflasi yang digelar di Magelang, Senin (22/9). Gerakan ini melibatkan Champion nasional, 15 Champion lokal, serta lebih dari 1.000 petani mitra untuk menjaga stabilitas harga cabe sekaligus menopang pengendalian inflasi.

Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, menyebut penguatan ekosistem pertanian cabe dari hulu hingga hilir menjadi kunci agar petani tidak lagi rentan terhadap fluktuasi harga. Ia menegaskan, jaringan pascapanen, pemasaran, serta dukungan OPD dan BUMD menjadi fondasi yang harus terus diperkuat.

“Jawa Tengah memiliki 10 kabupaten penghasil cabe dengan luas tanam sekitar 2.000 hektare. Potensi ini melibatkan 2.000 petani dan mampu menghasilkan nilai ekonomi hingga Rp4,2 miliar per bulan. Tidak ada lagi cerita inflasi dari cabe,” kata Ahmad Luthfi.

Jawa Tengah saat ini juga menjadi pemasok utama cabe ke berbagai provinsi, seperti Riau, Sumatera Barat, dan Kalimantan Tengah. Melalui jaringan Champion yang dibentuk bersama Kementerian Pertanian, distribusi dan produksi komoditas ini dapat dikendalikan lebih baik, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra, menambahkan dukungan BI dilakukan lewat sistem lelang berbasis aplikasi digital. Inovasi ini memungkinkan pedagang besar membeli langsung dari petani sehingga memutus rantai distribusi yang kerap membuat harga melonjak.

“Dengan sistem lelang, informasi produksi dan harga menjadi transparan. Cabe tidak hanya cukup untuk kebutuhan Jawa Tengah, tetapi juga bisa memasok provinsi lain dengan harga wajar bagi konsumen, sekaligus menguntungkan petani,” ujarnya.

Bank Indonesia bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Jawa Tengah juga menggandeng BUMD pangan dan jaringan ritel untuk menjaga ketersediaan cabe. Selain itu, edukasi konsumsi kepada masyarakat ikut diperkuat agar stok tetap terjaga.

Transparansi harga dan produksi cabe diharapkan dapat mengangkat kesejahteraan petani. ( Foto : Biantoro)

Sementara itu, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian, Muhammad Agung Sunusi, menyebut keberadaan Champion cabe merupakan strategi jangka panjang sejak 2016. Saat ini terdapat 22 Champion di seluruh Indonesia, dengan Jawa Tengah tercatat sebagai basis terbanyak.

“Champion adalah perpanjangan tangan Kementan dalam menjaga stabilitas aneka cabe, mulai dari manajemen lahan, pengaturan panen, hingga pemasaran. Magelang bahkan sudah mampu memasok kebutuhan cabe untuk Kalimantan hingga Sumatera,” ujarnya.

Keberhasilan Jawa Tengah menjadi alasan daerah ini selalu ditempatkan sebagai tulang punggung pangan nasional, khususnya untuk komoditas cabe. (Ning Biantoro)

Berita terkait