Ludruk Pro4 Meriahkan HUT ke-80 RRI Malang, Simbol Pelestarian Budaya Jawa Timur

Spektroom - Perayaan HUT ke-80 RRI Malang menghadirkan nuansa berbeda yang tidak sekadar meriah, tetapi juga penuh makna budaya.
Salah satu penampilan yang menyita perhatian adalah Ludruk Pro4 yang digelar di Auditorium RRI Malang, Kamis (11/9/2025).
Empat personel Pro4 dengan apik menyuguhkan kesenian tradisional yang menjadi ikon Jawa Timur tersebut.
Penampilan Anton Demin, Siswanto Pentol, Meme, dan seorang rekan lainnya membuktikan bahwa Ludruk masih hidup, layak diapresiasi, dan mampu menghidupkan suasana dengan tawa, kritik sosial, serta keakraban khas rakyat.
Ludruk sendiri memiliki ciri khas yang unik: ia tidak hanya menjadi tontonan, melainkan juga tuntunan. Cerita-cerita yang diangkat biasanya menggambarkan kehidupan masyarakat sehari-hari, mulai dari dinamika keluarga, perjuangan ekonomi, hingga sindiran sosial yang disampaikan dengan cara jenaka.
Di tangan para personel Pro4, kesenian ini tampil gayeng, segar, dan membumi, sehingga hadirin larut dalam gelak tawa sekaligus perenungan.
Kepala RRI Malang, Budi Suwarno, menyambut baik gelaran kesenian yang ditampilkan di panggung Auditorium RRI.

Ia menegaskan bahwa panggung megah tersebut memang dibangun untuk hiburan rakyat.
“Pak Dirut LPP RRI ketika meresmikan berpesan agar gedung ini dimanfaatkan untuk berbagai kesenian yang mampu mengangkat kesenian dan budaya daerah,” ujar Budi dengan penuh semangat.
Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran Ludruk di Auditorium RRI Malang bukan sekadar hiburan, melainkan juga perwujudan pesan luhur untuk merawat seni tradisi.
RRI Malang patut diapresiasi karena menghadirkan kesenian rakyat ini dalam perhelatan akbar.
Di tengah arus hiburan modern yang serba digital, langkah ini adalah upaya nyata melestarikan tradisi.
Ludruk bukan hanya warisan Jawa Timur, tetapi juga bagian dari identitas bangsa yang mencerminkan kedekatan antara seni, rakyat, dan kehidupan sosial.
Dengan memasukkan Ludruk dalam peringatan HUT ke-80, RRI Malang mengirimkan pesan kuat: kemajuan teknologi tidak boleh memutus hubungan dengan akar budaya.
Pagelaran seni ini seharusnya mendapatkan dukungan luas, baik dari masyarakat, pemerintah, maupun dunia pendidikan.
Melalui panggung-panggung semacam ini, generasi muda dapat mengenal, mencintai, sekaligus menjaga kesenian tradisi agar tidak sekadar menjadi arsip sejarah. Justru, ia harus hadir sebagai ruang ekspresi, refleksi, dan perekat sosial.
Dengan demikian, Ludruk RRI Malang bukan hanya hiburan dalam sebuah perayaan, tetapi juga simbol komitmen untuk menjaga warisan budaya.
Ia adalah pengingat bahwa seni rakyat memiliki daya hidup yang luar biasa, selama ada ruang dan dukungan untuk terus dipentaskan.( Eno).