Ada Nilai Mandiri dan Saling Tolong di Kampung Batik Laweyan Solo

Spektroom - Sosok Ir. Alpha Febela Priyatmono seorang arsitek putera daerah kampung laweyan Solo, sebegitu dipercaya sebagai koordinator urban design batik untuk membangkitkan kejayaan kampung batik laweyan.
Secara historis kampung Batik Laweyan pernah menjadi daerah termakmur di Indonesia, karena batik menjadi komoditi yang sangat menjanjikan maka tidak heran kampung laweyan banyak melahirkan konglomeratnya Indonesia.
Ketika ditahun 1970-an mulai muncul industri tekstil di Indonesia, kampung laweyan lama kelamaan menjadi redup, hingga akhirnya tahun 2004 mulai bangkit kembali.
Kondisi ini diakui oleh Ir. Alpha pemilik Mahkota batik yang menyatakan
"Mahkota batik sendiri tahun 1990 terpaksa tutup dan baru bangkit kembali 2009 dengan karakter karya ornamen yang khusus."
Diantara karya khas Batik Mahkota di kampung Laweyan adalah batik wayang beber, mushaf alqur'an dan juga diorama perjuangan serta batik tulis dengan design abstrak yang menjadi karakter Batik Mahkota Laweyan.
Karakter motif dan design abstrak Batik Mahkota hanya ada satu dalam setiap produksinya atau dapat dipastikan tidak ada duanya di Indonesia baik dari sisi corak maupun pewarnaannya, demikian penjelasan Alpha Febela ketika ditemui spektroom.
Sebagai koordinator komunitas batik di kampung Laweyan, Alpha Febela Priyatmono menancapkan karakter Indonesia yang memiliki semangat saling tolong menolong dan kemandirian serta menjadi penyambung sejarah yang adakalanya terputus-putus karena situasi.
Rumah Batik Mahkota menjadi tempat berkreasi pembatik tuna wicara, tempat berlatih generasi muda yang ingin mendalami seni membatik dan kolaborasi karya batik yang menyimpan artefak histori lokal yang menjadi bukti otentik berupa nota-nota lama dan majalah pada eranya sebagai dokumen kejayaan batik. (Ha).