Pasar Induk Sepi, Pedang IX Teriak! Komisi B Dorong Pemkot Tata Ulang Agar Hidup
Spektroom – Paguyuban Pedagang Sembilan Zona (Pedang IX) mendatangi Komisi B DPRD Kota Batu untuk menyampaikan keluhan sepinya pengunjung di Pasar Induk Among Tani dan meminta relokasi ke lantai dasar, Kamis (2/10/2025).
Ketua Pedang IX, Muhammad Ali Zubaidi, bersama anggotanya, menghadiri dengar pendapat yang juga dihadiri Kepala Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perindustrian dan Perdagangan (Kumaperindag) Kota Batu, Aris Setiawan.
Ali Zubaidi mengungkapkan bahwa pedagang di lantai dua pasar masih bertahan hingga tahun kedua, namun setiap hari sulit memperoleh pendapatan. “Hari-hari tidak dapat uang plaris, sementara tiap hari tetap harus bayar retribusi. Padahal akses ke lantai dua minim dan pengunjung jarang datang,” jelasnya.
Ali juga mempertanyakan kenaikan retribusi sebesar 6,25 persen. Ia mencontohkan, toko dengan luas 6 meter persegi kini dikenakan biaya Rp135 ribu per bulan. Padahal sebelumnya, toko berukuran 39 meter persegi hanya dikenakan Rp140.500. “Dasar kenaikan itu dari mana? Apalagi banyak pedagang yang tidak aktif dan tidak jualan,” tegasnya. Saat ini, menurutnya, pedagang yang masih aktif berjualan di Zona 9 hanya sekitar 15 orang.
Anggota Komisi B DPRD Batu, Drs. Didik Machmud, MM, yang baru saja terpilih untuk ketiga kalinya sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kota Batu, menegaskan bahwa keluhan pedagang harus segera ditangani serius. Menurutnya, ada sejumlah persoalan yang masih dipertanyakan pedagang, mulai dari ketidaksesuaian bangunan dengan DED, dugaan ketidaktransparanan penataan, hingga isu jual-beli lapak.
“Sebagian besar pedagang Pedang IX di lantai dua mengalami penurunan penghasilan drastis, bahkan ada yang sehari hanya mendapat di bawah Rp50.000. Karena itu mereka mengusulkan pindah ke lantai satu yang banyak los kosong. Prinsipnya, kami di DPRD mendukung itu, sebab pasar adalah aset daerah dan harus hidup,” ujarnya.
Lebih jauh, Didik menjelaskan bahwa pemerintah daerah harus memikirkan strategi untuk meningkatkan kunjungan ke pasar. Salah satunya dengan melibatkan Dinas Pariwisata bekerja sama dengan agen travel agar bus atau rombongan wisatawan bisa diarahkan singgah di pasar.
“Pedagang juga harus menyiapkan produk yang sesuai harapan pengunjung, seperti pakaian khas Batu, makanan, atau oleh-oleh. Kalau perlu, halaman bawah depan ditata ulang sehingga bisa tercipta suasana nyaman untuk nongkrong dan ngopi. Selain itu, kegiatan seni dari seniman-seniman lokal Batu juga bisa dihadirkan untuk meramaikan suasana,” tambahnya.
Menurutnya, penataan ulang bedak dan pengelolaan ruang pasar yang lebih kreatif akan sangat membantu menciptakan pasar yang bukan hanya megah secara fisik, tetapi juga benar-benar hidup dan membanggakan. “Sekarang tinggal bagaimana pemerintah daerah menata Pasar Among Tani yang megah ini menjadi aset yang membanggakan dan mampu meningkatkan ekonomi pedagang,” tegas Didik.
Sementara itu, Kepala Dinas Kumperindag Kota Batu, Aris Setiawan, ketika dikonfirmasi, menyatakan bahwa pihaknya masih akan melakukan kajian. “Kami akan lakukan analisa dan mitigasi dulu, Pak,” ungkapnya singkat.
Dengan demikian, pertemuan Pedang IX dan Komisi B DPRD Batu menjadi momentum penting untuk mendorong lahirnya kebijakan yang lebih berpihak pada pedagang kecil sekaligus menghidupkan kembali denyut ekonomi Pasar Induk Among Tani.