Ponpes Al Khoziny : "Berlindung Dibawah Takdir, Atau Tanggung Jawab Diatas Hukum?"

Ponpes Al Khoziny : "Berlindung Dibawah Takdir, Atau Tanggung Jawab Diatas Hukum?"
audio-thumbnail
SKS Edisi Kamis 9 Oktober 2025
0:00
/392.248625

Spektroom - Kabar duka datang dari Sidoarjo, Salah satu lembaga pendidikan Islam, tiba tiba ambruk di kala para santri Pondok Pesantren Al Khoziny sedang melaksanakan sholat ashar berjamaah.

Bangunan 4 lantai asrama santri dengan lantai dasar Mushalla itu langsung menimbun ratusan santri dalam sekejap, hal ini langsung menjadi sorotan warga sekitar bahkan Nusantara bisa jadi Dunia.

Tak berapa lama puluhan ambulance berdatangan dan para tim penyelamat langsung menuju TKP untuk penyelusuran lebih dalam.

Kabar duka ini sontak membuat publik panik dan prihatin akan kondisi ratusan santri yang tertimpa reruntuhan bangunan itu, evakuasi dilakukan beberapa hari karena sulitnya akses untuk mendeteksi para santri.

Sesaat setelah itu keluarga para santripun berdatangan dengan wajah duka, cemas akan anaknya yang masih belum jelas kondisinya.

Tidak seperti waktu yang sudah sudah, biasanya mereka menjenguk buah hatinya dengan rasa bahagia, karena setelah sekian lama akhirnya bertemu, namun tidak dengan waktu itu. 

Ambruknya bangunan ini menuai sorotan dari berbagai pakar. Salah satunya Pakar Teknik Sipil Struktur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) , Mudji Irmawan.

Struktur bangunan yang ambruk di Ponpes Al Khoziny dituding dalam keadaan labil. Ini karena konstruksi bangunan awalnya dikonsep untuk satu lantai, namun kemudian ditinggikan tiga tingkat.

Mudji menduga, karena bangunan masih aman saat dibangun satu lantai, maka dibangun lantai dua. Namun, akhirnya, beban yang ditanggung menjadi bertambah. Begitu pun dengan dilanjutkan lantai tiga, beban semakin bertambah.

Dirinya menilai, pembangunan ini tidak sesuai kaidah teknis. Ini karena beban yang terus ditambah 3 lantai, tidak dihitung dan direncanakan sejak awal.

Bahkan saat itu ada pengerjaan pengecoran atap dilantai empat, dan yang paling penting adalah hubungan sumbu antar lantai harus kokoh sesuai aturan yang berlaku.

Bagaimana kalau ada bangunan satu lantai kemudian dibangun, ditingkatkan menjadi empat lapis, secara teknik mampukah? masih bisa, tapi harus ada hitungannya, ada pendampingannya, ahli teknik, khususnya konstruksi bangunan.

Di sisi lain, pakar teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surabaya , Yudha Lesmana, menyoroti bangunan yang konon masih tahap pengecoran.

Sejatinya, pengecoran tidak menimbulkan masalah jika sesuai perencanaan.

Apapun itu, perencanaan dan pembangunan gedung seharusnya melibatkan ahli teknik sipil.

Sudah, banyak kasus bangunan dikerjakan tanpa hitungan teknis ahli dan hanya mengandalkan tukang atau kontraktor, bisa jadi itu yang terjadi di Ponpes Al Khoziny.

Adalah Bupati Sidoarjo Subandi akhirnya angkat bicara terkait insiden ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Sidoarjo.

Dalam keterangannya di lokasi kejadian, seperti diberitakan kompas tv, Bupati menyebut bahwa konstruksi bangunan diduga tidak sesuai dengan standar teknis, sehingga menyebabkan bangunan ambruk.

Tanpa menyebut pondok pesantren mana saja, Subandi menyebut banyak Ponpes yang mendirikan bangunan namun tidak mengurus IMB, setelah bangunan berdiri baru mengurus ijin membangun.

Demikianlah, Bangunan Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin sore 29 September 2025. Saat itu, para santri sedang melaksanakan salat ashar berjamaah di lantai dasar bangunan tersebut yang dijadikan mushala.

Saat rakaat kedua, tiba-tiba atap bangunan tersebut roboh. Bangunan ini memang sedang dalam tahap pembangunan lantai tiga dan atap dek atas baru dicor di hari kejadian. Pun demikian sejumlah wali santri mengaku tidak akan menuntut secara hukum kepada pihak pesantren karena menganggap peristiwa itu sebagai "takdir", bukan kelalaian.

Lain halnya pengamat keislaman yang menilai pimpinan pesantren harus bertanggungjawab dan tidak bisa berlindung dengan dalih takdir.

Kita hanya bisa berharap peristiwa di Ponpes Al Khoziny tidak terulang ditempat lain. Semoga.(@Ng).

Berita terkait