Pontianak Kota Seribu Warung Kopi: Hidupkan Ekonomi dan Budaya Ngopi
Spektroom - Jika Anda berjalan di hampir setiap sudut Pontianak hari ini, besar kemungkinan Anda akan menemukan warung kopi berdiri di kiri–kanan jalan.
Dari yang sederhana dengan bangku kayu, sampai kedai modern yang penuh anak muda dengan laptop terbuka. Fenomena ini bukan sekadar soal minum kopi, tetapi sudah menjadi denyut kehidupan sehari-hari warga kota.
Data terbaru Pajak Barang dan Jasa Tertentu (PBJT) sektor makanan dan minuman dari Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Pontianak per Agustus 2025 mencatat ada 1.035 warung kopi dan coffee shop aktif beroperasi.
Jumlah itu tersebar di enam kecamatan dan terus menunjukkan tren meningkat.
Kecamatan Pontianak Selatan menjadi “juara” dengan 368 usaha, atau sekitar 32 persen dari total keseluruhan. Disusul Pontianak Kota dengan 362 usaha, hanya terpaut tipis.
Kemudian Pontianak Tenggara mencatat 136 usaha, Pontianak Timur 59 usaha, Pontianak Utara 57 usaha, serta Pontianak Barat 48 usaha.
Wali Kota Pontianak, Edi Rusdi Kamtono, menyebut geliat warung kopi ini kini menjadi identitas khas kota. Ia menilai warung kopi berkembang bukan hanya sebagai tempat nongkrong, tetapi sudah menjadi ruang publik yang hidup—tempat orang bertemu, bekerja, berdiskusi, bahkan berkreasi.
“Warung kopi dan coffee shop di Pontianak tumbuh sebagai bagian dari budaya masyarakat. Ini tempat orang berinteraksi, berbagi ide, sekaligus menggerakkan ekonomi UMKM,” ujarnya, Jumat (21/11/2025).
Edi menegaskan, keberadaan ribuan usaha tersebut telah memberi kontribusi langsung pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kesempatan kerja.
Pemerintah, lanjutnya, berupaya menjaga iklim usaha tetap kondusif dengan mendorong kemudahan perizinan, administrasi perpajakan yang tertib, serta pembinaan bagi pelaku UMKM kuliner dan minuman.
Sebaran usaha yang cukup merata disebutnya sebagai tanda bahwa gairah ekonomi masyarakat sedang berada pada jalur positif. Dari sisi visual, perkembangan usaha kopi juga terlihat dari ragam model kedai yang muncul.
Ada yang mempertahankan gaya tradisional dengan racikan kopi tubruk, ada pula yang menawarkan konsep modern lengkap dengan mesin espresso dan interior Instagramable. Ruang-ruang ini hampir selalu ramai, terutama pada malam hari.
Menurut Edi, pemerintah memanfaatkan data PBJT untuk memetakan potensi sekaligus memastikan pembinaan tepat sasaran.
Dengan total lebih dari seribu objek usaha, ia meyakini industri warung kopi di Pontianak akan terus berkembang seiring meningkatnya kebutuhan ruang komunal dan gaya hidup masyarakat urban.
Pada akhirnya, budaya ngopi bukan hanya kebiasaan. Di Pontianak, ia sudah menjelma menjadi identitas, ekonomi, dan gaya hidup masyarakat kota yang terus bergerak maju.