PPG Melonjak 700 Persen, Menag Tegaskan Kesejahteraan Guru Meningkat dan Tanpa Diskriminasi
Spektroom - Menteri Agama Nasaruddin Umar memastikan kesejahteraan guru terus naik signifikan. Peningkatan akses Pendidikan Profesi Guru (PPG) melonjak hingga 700 persen tahun ini, menjadi salah satu lompatan terbesar dalam sejarah pembinaan guru di bawah Kementerian Agama.
Dalam kegiatan Bersepeda Onthel Bersama Guru Lintas Iman di Jakarta, Minggu, (23/11/2025) Menag menegaskan bahwa perubahan besar sedang berlangsung.
“Kesejahteraan guru makin baik. Banyak kemajuan yang sebelumnya belum pernah kita capai,” ujarnya.
Perbaikan itu bukan sekadar klaim manis. Tahun ini saja, 227.147 guru non-PNS menikmati kenaikan tunjangan profesi dari Rp1,5 juta menjadi Rp2 juta per bulan. Akses PPG ikut digenjot habis-habisan.
“Pengembangan PPG mencapai 700 persen. Sebelumnya kenaikannya hanya sekitar 20–30 persen per tahun,” terang Menag.
Baca juga :

PPG kini tidak lagi eksklusif. Menag memastikan seluruh guru lintas agama mendapatkan kesempatan yang sama.
“Selama ini PPG hanya diikuti guru-guru agama Islam. Sekarang kita berikan juga kepada guru Protestan, Katolik, Hindu, dan Buddha. Semua kita fasilitasi,” tegasnya.
Langkah lain yang ikut mendorong perbaikan kesejahteraan adalah pengangkatan 52 ribu guru honorer menjadi PPPK dalam tiga tahun terakhir.
“Tidak boleh ada diskriminasi. Inilah wajah Kementerian Agama sekarang,” tutur Menag.

Ia juga merespons keluhan sebagian guru madrasah yang masih menerima honor minim. Menurutnya, sejumlah solusi sudah bergerak.
“Sekarang sudah mulai ada sekolah rakyat, sekolah Garuda, dan peningkatan kesejahteraan, dan undang-undang guru dan dosen ini kita akan revisi,” kata Menag.
Menag menegaskan revisi regulasi menjadi kunci menghapus kesenjangan antarlembaga pendidikan. Ia menutup dengan pesan tajam, selaras dengan semangat Hari Guru Nasional 25 November:
“Tidak boleh ada perbedaan antara dosen perguruan tinggi umum dan keagamaan, begitu juga antara guru madrasah dan guru SD. Semua adalah anak bangsa.”
Momentum ini sekaligus menjadi pengingat bahwa peningkatan martabat guru bukan hadiah tahunan, melainkan pekerjaan panjang yang terus diperbaiki tepat pada waktunya menjelang Hari Guru Nasional. (Polin - Sarah)
