Sisi Lain HP terhadap Perkembangan Perilaku Manusia

SPEKTROOM.ID - Tuntutan abad 21 adalah teknologi menjadi andalan. Itu terbukti dari perubahan perilaku setiap individu yang menggeser interaksi tatanan sosial.
Tidak sedikit komunikasi antarindividu dilakukan melalui telepon genggam walaupun berada dalam satu gedung.
Pergeseran proses komunikasi ini membawa dampak pada harmonisasi lintas generasi, terutama pada etika menghormati yang lebih tua.
Acapkali kata-kata yang kurang pantas muncul dalam ruang obrolan atau chating.
Respons atas pesan yang diterima juga berbeda ketika seseorang menyampaikan secara berhadapan dengan ekspresi suara dan intonasi sesuai emosi makna pesannya.
Pemaknaan berbeda-beda inilah yang menyebabkan terjadinya pergeseran respons setiap individu, terutama menyikapi interaksi melalui teknologi kekinian.
Contohnya seperti yang dialami Boim, pemilik warung kecil-kecilan di Kampung Koja, Bekasi.
“Iye tong, ane kagak pernah setuju ama emak bapaknye yang biarin anaknye asyik dengan hape mulu," katanya dengan logal Betawi.
"Kite orang tua sering kagak dianggep ade, walaupun kite ada didepannye. Anak-anak mah asyik pada melototin hapenye bae.”
Perilaku anak-anak terjadi saat mereka sedang asyik memegan HP.
Mereka tidak hirau dengan orang lain, walau ada di hadapannya.
Lebih jauh lagi, dampak yang terjadi pada anak jika terlalu sering menggunakan HP, yaitu meniru apa ditonton sehari-hari.
Bahkan interaksi dengan orang tua juga berubah, tidak lagi reaktif, tetapi banyak diam dan tantrum.
Khusus bagi anak-anak yang sudah bisa diajak bicara, ada kalanya jawaban-jawaban yang muncul di luar perkiraan orang tua.
Hal itu seperti yang diakui AZ, seorang ayah yang memiliki satu anak ketika di wawancarai Spektroom.
“Saya selalu memantau perkembangan perilaku anak dari hari ke hari. Dengan begitu saya langsung mengunci password, agar tidak bisa lagi mengakses gim atau tontonannya," kata AZ.
"Dampak yang terasa saat di pusat perbelanjaan pasti selalu minta mainan seperti di dalam HP."
"Bahkan ketika ditanya cita-citanya mau jadi apa, selalu menjawab mau jadi gamers.”
"Positifnya dia kadang-kadang suka nyeletuk bicara dalam Bahasa Inggris.”
Lain halnya apa yang terjadi pada keluarga ASN, seorang pegawai swasta, yang intensitas kerja ia dan istrinya sangat tinggi.
Akibatnya perhatian mendampingi anak menjadi lebih sedikit waktunya.
Satu-satunya upaya yang dilakukan adalah memberi HP kepada anaknya selama bertahun-tahun, agar bisa memonitor keberadaan anak ketika sedang bekerja.
Setelah anaknya tumbuh remaja, perilakunya lebih introvert. Tidak pernah bersosialisasi dengan anggota keluarga lainnya dan cenderung mengurung diri di kamar, bahkan selalu tertawa, menari-nari, dan asyik sendiri secara spontan bersama HP.
Sisi lain HP pada era disrupsi adalah angka perundungan dari tahun ke tahun terus meningkat.
Berdasarkan data statistik rata-rata kasus perundungan atau bullying meningkat 3.000 kasus setiap tahun.
Ini meliputi penyebaran kebohongan atau gossip tentang seseorang, melontarkan lelucon untuk mempermalukan dan menghina orang lain.
Selain itu mendorong orang lain di sekitar untuk mengucilkan seseorang. Tatapan sinis yang ditujukan kepada seseorang untuk mengintimadasi.
Dengan begitu kasus bullying dapat menyebabkan gangguan emosional dan mental korban.
Persisnya ketika korban mengalami kecemasan, depresi, stres, dan kehilangan kepercayaan diri.
Selain itu juga menyebabkan isolasi sosial, perasaan kesepian, hingga penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.*