TEFLIN 2025 di UB: Saat Guru Indonesia Jadi Penggerak Revolusi Pembelajaran Era AI

TEFLIN 2025 di UB: Saat Guru Indonesia Jadi Penggerak Revolusi Pembelajaran Era AI
Ketua Panitia Teflin dalam Jumpa Pers​

Spektroom – Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Brawijaya (UB) mencatat sejarah baru dengan menjadi tuan rumah The 71st TEFLIN International Conference 2025, konferensi pengajaran bahasa Inggris terbesar di Indonesia yang mengguncang dunia pendidikan.

Kegiatan yang digelar di Gedung Samantha Krida UB pada 8–10 Oktober 2025 ini diikuti lebih dari 640 peserta dari 34 negara, mengangkat tema besar tentang deep learning dan pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dalam pembelajaran bahasa Inggris.

Ketua Panitia TEFLIN 2025, Prof. Dr. Zuliati Rohmah, M.Pd., menjelaskan bahwa tema ini selaras dengan arah kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) yang menekankan pentingnya pembelajaran bermakna di era digital.

Suasana The 71st TEFLIN International Conference 2025

“Tema ini relevan dengan kebutuhan pendidikan masa kini. Kami ingin guru tidak sekadar menggunakan teknologi, tapi memanfaatkannya untuk memperkuat critical thinking dan kreativitas,” ujar Prof. Zuliati di sela konferensi internasional tersebut.

Ia menegaskan bahwa teknologi bukan pengganti guru, tetapi alat bantu untuk memperdalam proses berpikir dan memperkuat karakter pembelajaran mendalam (deep learning).

Konferensi bergengsi ini juga dihadiri Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Prof. Abdul Mu’ti sebagai pembicara utama, serta 37 narasumber internasional dari berbagai negara, termasuk Brasil, Jepang, Korea, Malaysia, Thailand, Australia, dan Selandia Baru.

Sebagian pembicara hadir secara daring karena kendala visa, namun antusiasme peserta tetap membeludak.

“Antusiasme peserta sangat tinggi, ini menjadi jumlah kehadiran terbanyak sepanjang sejarah TEFLIN,” ungkap Prof. Zuliati dengan bangga.

FIB UB bekerja sama dengan TEFLIN, ALTI, serta sejumlah asosiasi pengajar bahasa Inggris internasional seperti JASET dan JAL Jepang, MELTA Malaysia, RELEC Singapura, hingga IATEFL Brasil.

Sementara itu, Dekan FIB UB, Dr. Sahiruddin, S.S., M.A., Ph.D., menuturkan bahwa kepercayaan menjadi tuan rumah TEFLIN merupakan kebanggaan besar bagi UB, sekaligus bukti kesiapan kampus dalam menghadapi transformasi pendidikan global.

“Kami ingin UB menjadi pusat inspirasi dalam menghadapi era AI dan deep learning. Konferensi ini menjadi momentum penting bagi guru dan dosen untuk beradaptasi dengan perubahan zaman,” ujarnya.

Sebagai tindak lanjut, FIB UB juga telah mengadakan tujuh seri webinar internasional dan berbagai workshop di berbagai kota di Jawa Timur untuk membantu guru memahami penerapan deep learning dan penilaian berbasis kompetensi di kelas.( Eno).

Berita terkait