Transisi Energi Gagal Hentikan Kecanduan Batubara Kaltim
COP 30 dan Perdagangan karbon
Spektroom - Extinction Rebellion Kaltim (Spektroom - Extinction Rebellion Kaltim (XR KALTIM Bunga Terung ) mendesak Pemerintah menghentikan ketergantungan negara dan Kalimantan Timur pada bahan bakar fosil, serta memutus semua Proyek transisi Energi yang menggunakan bakar fosil sebagai sumber energi utama, termasuk menghentikan pasokan Batubara pada smelter-smelter Nikel.
Selain itu, menghentikan Proyek Tipu-Tipu atas nama Transisi Energi, proyek ini harus dilakukan dengan cara yang adil dan berkelanjutan, dengan memberi perlindungan terhadap Lingkungan dan hak-hak masyarakat dalam proses Transisi energi. Dan mengedepankan Partisipasi Masyarakat dan menjamin Veto Masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait transisi energi.
Himbauan XR KALTIM Bunga Terung disampaikan berkaitan dengan di Kalimantan Timur sendiri, ditengah Proyek Transisis Energi, Provinsi ini tetap tak bisa melepaskan diri dari kecanduan batu bara dan tetap menjadi Provinsi Penghasil batubara terbesar di Indonesia, dengan produksi batubara yang mencapai 268 juta ton pada tahun 2020 dan melonjak tajam mencapai 368 Juta Ton tahun 2024 atau sekitar 44% dari Produksi nasional.
Penghancuran Hutan Kaltim, Deforestasi juga masih tertinggi di Indonesia, Kalimantan Timur tercatat kehilangan 44.483 hektare hutan pada 2024, Kabupaten Kutai Timur menjadi daerah dengan deforestasi tertinggi, mencapai 16.578 hektare dan Perluasan Produksi Batubara adalah penyebab utamanya.
Sementara itu Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-30 yang dikenal dengan nama COP 30, sedang berlangsung di Belém, Brasil, membahas beberapa poin penting terkait perubahan iklim dan transisi energi, ujar Yuni narahubung, Minggu, (16/11/2025).
Delegasi Indonesia yang hadir dipimpin langsung oleh Utusan Khusus Presiden Bidang Perubahan Iklim dan Energ, Hashim Djojohadikusuma, adik dari Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dengan menjadikan isu Transisi Energi dan perdagangan Karbon sebagai isu utamanya, delegasi Indonesia berkomitmen mempercepat Transisi energi, dengan fokus pada pengembangan energi terbarukan.
Isu Transisi energi sendiri adalah proses perubahan dari sumber energi fosil ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Namun, Faktanya isu ini hanya bagus di konsep, namun nol ditindakkan, fakta-fakta di lapangan masih memperlihatkan ditengah gencarnya Proyek transisi energi Indonesia dengan dana yang sangat besar berkisar $25-30 miliar USD hingga tahun 2030, atau sekitar Rp 350-420 triliun.
Proyek Transisi energi malah kerap digunakan sebagai alasan untuk menghancurkan hutan demi membangun proyek-proyek energi terbarukan, seperti tambang dan pembangkit Listrik untuk Baterai Listrik bahkan pembangkit Listrikk tenaga surya. Isu ini juga digunakan sebagai alasan untuk meningkatkan eksploitasi sumber daya alam, seperti penambangan mineral, Batubara, Nikel dan bahkan pasir sylica.