Warung "Pepadaan", UMKM Yang Tetap Eksis Di Tengah Persaingan Kuliner Modern.
Junaidi, Agung Yunianto

Spektroom - Di tepi jalan Kelayan B, Banjarmasin, berdiri sebuah warung sederhana namun sarat kenangan, Warung Pepadaan (Bahasa Banjar, artinya Kita/Kita-kita) milik Haji Suryani beserta istri Jamilah. Bersebelahan dengan Majelis Ta’lim Al Hawasiah, warung ini setiap hari ramai dikunjungi Warga yang rindu cita rasa masakan rumahan.
Warung yang buka mulai pukul 09.00 WITA hingga 15.00 WITA, hanya tutup setiap Selasa. Menu yang disajikan beragam, mulai dari Nasi Goreng seharga Rp10.000, Mie Habang Rp5.000, hingga Bubur Asyura Rp5.000. Meski sederhana, setiap hidangan diolah dari resep turun-temurun keluarga yang telah terjaga rasanya selama bertahun-tahun.
Setiap hari, seluruh menu di Warung Pepadaan selalu ludes terjual. Banyak Pelanggan datang bukan hanya karena harga terjangkau, tetapi karena kelezatan yang membangkitkan nostalgia.
“Alhamdulillah, makanan di sini selalu habis. Mungkin karena rasa yang tidak berubah sejak dulu,” ujar Haji Suryani dengan nada merendah, Kamis (9/10/2025).
Yang istimewa, Bubur Asyura yang biasanya hanya bisa dinikmati setahun sekali, di warung ini tersedia setiap hari. Inovasi itu menjadi daya tarik tersendiri bagi Para Penikmat Kuliner khas Banjar.
Tak hanya melayani Pembeli Harian, Warung Pepadaan juga menerima pesanan untuk acara Keluarga dan kegiatan lainnya. Semua masakan dibuat dengan bahan segar dan sentuhan tangan penuh kasih.
Bagi Haji Suryani, menjaga cita rasa merupakan bentuk penghormatan kepada Pelanggan Setia. “Saya ingin Orang datang ke sini bukan hanya untuk makan, tapi juga merasakan kehangatan Keluarga,” ucapnya dengan mata berbinar.
Salah satu Pelanggan Setia, Adi, mengaku selalu menyempatkan diri mampir ke Warung Pepadaan. Baginya, cita rasa masakan di warung ini sulit ditemukan di tempat lain.
“Rasanya benar-benar khas, apalagi Bubur Asyuranya. Seperti makan masakan Ibu sendiri di rumah,” katanya dengan wajah puas.
Dengan kesederhanaannya, Warung Pepadaan tetap menjadi saksi hidup betapa tradisi Kuliner Banjar mampu bertahan ditengah gempuran zaman, menghadirkan rasa, kenangan, dan kehangatan dalam setiap suapan.*****