205 Nelayan Pasia Nan Tigo, Tidak Bisa Melaut 2 Minggu Terima Bantuan dari Gubernur Mahyeldi
Spektroom - Kondisi cuaca ekstrem yang melanda Kota Padang sejak akhir November 2025 menyebabkan nelayan di Pasia Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah, tidak bisa melaut. Selain gelombang tinggi, tumpukan kayu sisa banjir bandang yang memenuhi bibir pantai membuat aktivitas mereka terhenti total.
Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah datang meninjau sekaligus menyerahkan bantuan paket sembako kepada 205 keluarga terdampak. Bantuan diberikan sebagai bentuk kepedulian pemerintah terhadap masyarakat pesisir yang hampir dua minggu kehilangan sumber penghasilan.
“Bantuan ini untuk meringankan beban para nelayan. Semoga menjadi penguat bagi bapak-bapak dan keluarga di rumah. InsyaAllah, kita hadapi kesulitan ini bersama,” ujar Gubernur Mahyeldi di Pasia Nan Tigo, Kota Padang, Jumat (12/12/2025). Menurut Gubernur, kondisi yang dialami nelayan bukan perkara ringan. Selain tidak bisa melaut, risiko keselamatan meningkat karena bibir pantai dipadati kayu gelondongan yang terbawa banjir. Pemerintah terus hadir membantu masyarakat yang berada dalam situasi sulit akibat terdampak bencana maupun cuaca ekstrem.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumbar, Reti Wafda menjelaskan, terdapat 20 kelompok nelayan dengan total 205 kepala keluarga yang terdampak di daerah tersebut. Kayu-kayu besar yang terbawa arus sungai hingga ke laut menumpuk di sepanjang pantai, menghalangi jalur melaut nelayan.
Sebagai bentuk empati dan dukungan pemulihan, Pemprov Sumbar menyerahkan bantuan logistik kepada seluruh keluarga nelayan terdampak. Setiap paket bantuan berisi beras 5 kg, mie instan, biskuit, minuman dan makanan kaleng, susu, serta perlengkapan bayi.
Bantuan diserahkan secara simbolis kepada ketua kelompok nelayan sebelum didistribusikan kepada seluruh anggota. Son Efendi, salah seorang nelayan Pasia Nan Tigo mengatakan, bantuan tersebut sangat berarti, mengingat sudah hampir 2 minggu tidak dapat bekerja. Ia juga menyebut, kondisi laut pascabanjir benar-benar berubah.
“Kayu besar berserakan sampai ke tengah laut. Kalau perahu menabrak, bisa pecah. Kami tidak berani melaut,” ujarnya. Ia berharap pemerintah dapat mempercepat pembersihan area pantai dan perairan agar aktivitas melaut bisa kembali normal. Jika kondisi tidak kunjung membaik, diyakini dapat semakin mempersulit ekonomi nelayan.
Dalam kesempatan itu, kehadiran Gubernur Mahyeldi turut didampingi Ketua TP PKK Provinsi Sumbar, Ny. Harneli Mahyeldi, serta Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setdaprov Sumbar, Nolly Eka Mardianto.