Bangkitkan UMKM, Pameran Batik Lumajang Wadah Promosi dan Ekspansi ke Pasar Global
Kehadiran narasumber nasional, Achmad Nur Hasim, CEO PT Kekean Primanda Indonesia, menambah bobot kegiatan ini
Spektroom – Batik Lumajang bukan sekadar kain hias, tetapi simbol identitas budaya yang sarat nilai filosofis dan estetika lokal. Hal itu ditegaskan Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Lumajang, Dewi Natalia Yudha Adji Kusuma, pada Pameran Batik Lumajang 2025 yang digelar di Pendopo Arya Wiraraja, Kamis (2/10/2025).
Dikatakan, Pameran Batik Lumajang 2025 menjadi momentum strategis untuk memperkuat ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. “Pameran ini bukan sekadar ajang pamer, tetapi wadah untuk membangun kolaborasi, memperkuat inovasi, dan membuka peluang pasar yang lebih luas,” ujar Dewi Natalia.
Pameran ini diikuti oleh 20 pelaku ekonomi kreatif subsektor kriya batik, yang sebelumnya telah mengikuti pelatihan desain ragam hias dan teknik pewarnaan alami. Kegiatan ini memberikan mereka kesempatan untuk menampilkan hasil kreasinya, sekaligus memperluas jejaring, mempromosikan karya, dan meningkatkan daya saing produk batik Lumajang.
Ia menambahkan, pengembangan batik Lumajang tidak bisa dilakukan sendiri. Kegiatan ini diinisiasi oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang bersama Dekranasda, PKK, Dharma Wanita Persatuan, dan berbagai stakeholder, menegaskan pentingnya kerja lintas sektor dalam mengembangkan ekonomi kreatif daerah.
“Kolaborasi ini menunjukkan bahwa batik Lumajang adalah kekayaan budaya sekaligus potensi ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat jika dikelola secara inovatif,” imbuhnya.

Pameran tidak hanya menampilkan kain batik, tetapi juga menekankan inovasi desain, teknik pewarnaan alami, serta pengembangan produk turunan. Dengan inovasi ini, batik Lumajang berpotensi naik kelas dari pasar lokal menuju pasar regional, nasional, bahkan ekspor.
Kehadiran narasumber nasional, Achmad Nur Hasim, CEO PT Kekean Primanda Indonesia, menambah bobot kegiatan ini. Ia menekankan bahwa pengembangan batik Lumajang sebagai instrumen ekonomi kreatif dapat memberikan dampak nyata terhadap kesejahteraan masyarakat jika dikelola berkelanjutan.
Pameran Batik Lumajang 2025 juga menjadi ruang belajar dan inspirasi bagi pelaku UMKM untuk terus berinovasi, menjalin jejaring, dan mempromosikan produk berbasis budaya. Menurut Dewi Natalia, penguatan ekonomi kreatif melalui batik akan menjadi salah satu pilar penting dalam pembangunan daerah yang inklusif dan berkelanjutan.
“Dengan sinergi pemerintah, pelaku batik, dan stakeholder lain, kita berharap batik Lumajang bisa menjadi ikon ekonomi kreatif daerah sekaligus simbol budaya yang membanggakan,” pungkasnya.
Penyelenggaraan pameran bertepatan dengan Hari Batik Nasional juga menegaskan komitmen Lumajang untuk aktif dalam gerakan nasional pelestarian batik, yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia. (Yul)