BI Sinergi Pulihkan 500 Hektar Sawah Pasca Banjir

BI Sinergi Pulihkan 500 Hektar Sawah Pasca Banjir
Sinergi lintas lembaga atasi pasca banjir di Demak Jawa Tengah.(Ning)

Spektroom : Upaya pemulihan lahan pertanian di Jawa Tengah pascabanjir mulai membuahkan hasil. Dari sekitar 500 hektare sawah yang sempat terdampak banjir dan sedimentasi saluran irigasi, seluas 230 hektare kini berhasil dinormalisasi dan kembali bisa ditanami padi.

Pemulihan tersebut ditandai dengan tradisi wiwitan tandur pari di Desa Dukun, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, Rabu (27/8). Acara dihadiri Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen; Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra; Wakil Bupati Demak, M. Badruddin; Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Defransisco Dasilva Tavares; serta perwakilan Pertamina Patra Niaga.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra mengatakan, sinergi lintas lembaga dalam mengawal pemulihan pertanian terdampak banjir di Jawa Tengah sangat penting. Adapun normalisasi irigasi adalah faktor utama yang memungkinkan lahan kembali produktif.

“Dari 500 hektare sawah terdampak di Jawa Tengah, 230 hektare berhasil dinormalisasi dan ditanami kembali, termasuk di Kabupaten Demak ini," ujar Rahmat Dwisaputra

Petani mulai menggarap lahan pertaniannya pasca diterjang Banjir. (Ning)

Rahmat menambahkan, dukungan BI untuk sektor pertanian tidak hanya berhenti pada tahap pemulihan. Berbagai program hulu-hilir telah dijalankan, antara lain pembangunan toko tani untuk menstabilkan harga gabah serta pendampingan kelompok petani melalui BUMDes dan BUMD.

“Kami juga membantu pengendalian hama dengan membangun rumah burung hantu. Dengan begitu, produktivitas petani bisa lebih terjaga dan biaya produksi dapat ditekan,” imbuhnya.

Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen menyampaikan apresiasi atas kerja sama lintas pihak. Menurutnya, Jawa Tengah telah menjadi salah satu pilar utama ketahanan pangan nasional. Pada 2025, provinsi ini menyumbang 17,9 persen produksi beras Indonesia, meningkat dari 16 persen tahun sebelumnya.

“Dari capaian nasional 11 juta ton, lebih dari separuhnya berasal dari Jawa Tengah. Demak sendiri memberi kontribusi signifikan dengan 1,41 persen,” ungkapnya.

Taj Yasin juga mengingatkan pentingnya menjaga lahan pertanian di tengah ancaman alih fungsi lahan.

“Kalau rumah terus dibangun, sawah semakin menyempit. Kita harus berpikir untuk anak cucu kita. Pemerintah sudah menetapkan tidak boleh impor beras dan jagung, maka hasil panjenengan semua akan kita serap,”tegasnya Tah Yasin.

Untuk mendukung produktivitas, Pemprov Jateng juga memperkenalkan teknologi ramah lingkungan berupa pompa air tenaga surya. Teknologi ini sudah mulai diterapkan di Kebumen, Cilacap, dan kini dikembangkan di Demak.

“Dengan tenaga surya, biaya operasional bisa ditekan karena tidak lagi bergantung pada solar. Targetnya, 2026 Jawa Tengah bisa menjadi penopang utama swasembada pangan nasional,” imbuhnya.

Wakil Bupati Demak, M. Badruddin menilai dukungan dari berbagai pihak sangat penting bagi petani.

“Banjir rob dan sedimentasi selama ini menjadi masalah utama pertanian di Demak. Dengan normalisasi dan bantuan lintas pihak, petani bisa lebih cepat menanam kembali,” kata M.Badruddin

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Jateng, Defransisco Dasilva Tavares menegaskan komitmen mendukung ketersediaan benih, pupuk, serta pengendalian organisme pengganggu tanaman.

“Kami akan memastikan petani tidak kekurangan sarana produksi agar hasil tanam berikutnya optimal,” tandasnya.(Ning/Bin)

Berita terkait