Bintan, Surga Bagi Wisatawan

Bintan, Surga Bagi Wisatawan

Spektroom.id - Bintan, sejatinya adalah nama sebuah pulau yang berada di gugusan Kepulauan Riau. Pulau ini merupakan pulau terbesar dari sekitar 3.000 pulau yang ada di wilayah tersebut. Di pulau ini terletak Kota Tanjung Pinang, Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Ke pulau inilah kami pergi jalan-jalan seharian.

Satu-satunya pilihan untuk sampai ke pulau Bintan ini dari Batam hanya melalui laut dari beberapa pelabuhan yang ada di Batam. Yang terdekat adalah dari Pelabuhan Telaga Punggur di Punggur.

Ada 2 pilihan kapal yang dapat ditumpangi dari Telaga Punggur, Batam ke Pelabuhan Tanjung Uban, Bintan. Yang pertama Kapal Roro yang dioperasikan oleh Perum Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) sebuah BUMN milik Pemerintah dan Speedboat yang dioperasikan oleh pengusaha atau pihak swasta.

Kapal Roro akan berlabuh dan sandar di Pelabuhan Roro Tanjung Uban, sedangkan Speedboat berlabuh dan sandar di Pelabuhan Bulang Linggi, juga di Tanjung Uban.

Kedua Pelabuhan ini terletak sangat berdekatan atau bersebelahan dengan jarak hanya sekitar 500 meter, dipisahkan oleh sebuah dermaga beton tempat sandar Kapal Roro dan Speedboat yang menunggu giliran untuk diberangkatkan.

Perbedaan mencolok dari kedua pilihan ini adalah soal waktu tempuh dan harga tiket. Kalau soal kenyamanan dan keamanan tentu sangat relatif, tergantung standar penilaian masing-masing penumpang.

Kapal Roro adalah Kapal penyeberangan berukuran besar yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lainnya. Kapal ini mampu mengangkut puluhan kendaraan bermotor roda empat dan sejumlah sepeda motor serta ratusan penumpang dalam sekali jalan.

Harga tiketnya cukup murah dan sangat terjangkau. Hanya Rp.27.000,-/sekali jalan. Cuma saja waktu tempuhnya cukup lama, lebih dari satu jam. Berbeda jauh dengan Speedboat yang hanya memerlukan waktu sekitar 15 menit dengan harga tiket Rp.57.000,-/sekali jalan.

Selain itu tersedia pula Speedboat dengan ukuran yang lebih kecil dengan kapasitas 10 sampai belasan orang penumpang. Hanya saja Speedboat jenis ini khusus untuk charter. Soal harga tergantung situasi dan kondisi serta hasil negosiasi. Yang pasti harganya tidaklah terlalu mahal-mahal amat.

Untuk keberangkatan dari Batam ke Bintan, saya bersama isteri, seorang anak laki-laki dan menantu perempuan memilih untuk menumpang Kapal Roro. Alasannya karena kami tidak terburu-buru dan ingin menikmati suasana pagi. Bahkan, kami sudah berada di Pelabuhan sejak pukul 06.30 WIB pagi.

Hanya 15 menit berselang Kapal Roro sudah mulai angkat sauh dari Pelabuhan Telaga Punggur, Batam menuju Pelabuhan Tanjung Uban, Bintan. Suasana pagi yang sejuk dan hembusan angin laut yang sepoi-sepoi benar-benar membuat kami terlena menikmati perjalanan membelah laut yang sangat nyaman ini.

Menjelang pukul 08.00 WIB pagi, kapal sudah merapat dan sandar di dermaga Pelabuhan Roro Tanjung Uban. Disana sudah menunggu sebuah mobil Avanza warna hitam yang akan membawa kami berwisata seharian di Pulau Bintan.

"Silahkan Pak", kata Foni, pemandu wisata dari MyTrip Batam yang sudah menemani kami sejak dari Pelabuhan Telaga Punggur. "Ini mobil kita. Saya yang langsung bawa. Jadi Bapak didepan saja", sambung Foni kepada saya. Dalam hati saya berkata, berarti perjalanan wisata kami ini sudah dipersiapkan sedemikian rupa.

Tujuan pertama kami begitu menginjakkan kaki di Tanjung Uban adalah melihat Patung Budha Tidur atau Sleeping Budha yang berada di dalam Komplek Peribadatan Umat Budha Vihara Dharma Santhi yang berjarak hanya sekitar 10 menit perjalanan dengan mobil dari Pelabuhan Kapal Roro.

Vihara ini sepertinya baru saja direnovasi menyeluruh dengan penambahan bangunan baru berupa Patung Budha Tidur. Tempat peribadatan yang sekaligus menjadi objek wisata ini cukup ramai didatangi wisatawan, baik lokal, nusantara maupun mancanegara. Sebelum kami, serombongan besar wisatawan dari Korea Selatan baru saja meninggalkan lokasi.

Target kunjungan kami berikutnya adalah Gurun Pasir dan Telaga Biru di Desa Busung, masih di Kecamatan Tanjung Uban. Gurun pasir ini sebenarnya adalah sisa penggalian Pasir Silika yang ditinggalkan oleh sebuah perusahaan setelah adanya larangan ekspor dari Pemerintah.

Karena areal tambangnya yang cukup luas dan tumpukan Pasir Silika yang cukup tinggi dan berunduk-unduk menjadikannya sebuah pemandangan gurun pasir yang eksotik. Cukup bagus untuk latar belakang berfoto dan sangat Instagramable.

Danau Biru terletak bersebelahan dengan Gurun Pasir, hanya berjarak sekitar 300 meter dari Gunung Pasir. Namun untuk mencapainya cukup sulit, apalagi kalau cuaca sedang panas terik. Tapi jangan khawatir ada penyewaan payung di kios-kios seharga Rp.5.000,- sekali pakai. Ada juga Becak Tenda dan Odong-Odong yang siap mengantar pengunjung ke lokasi. Tarifnya Rp.10.000,-/orang PP.

Danau Biru ini adalah lubang bekas penggalian Pasir Silika. Kedalamnya bervariasi antara 2 sampai 5 meter dengan panjang yang cukup lumayan, sehingga bisa dilayari oleh Kapal Wisata yang didisain seperti rumah berjalan. Sama halnya dengan Becak Tenda dan Odong-Odong, Kapal Wisata ini juga bertarif Rp.10.000,- sekali jalan.

Penat berkeliling dibawah terik matahari, kamipun berupaya mencari tempat yang sejuk dan nyaman untuk berteduh sambil bersantai menikmati makan siang. Pilihan yang paling tepat adalah Hotel Treasure Bay yang terletak di tepi Kolam Air Asin atau Crystal Lagoon di daerah Lagoi Bay, Bintan Resort.

Dengan luas lebih dari 6 hektare dan panjang hampir 1 kilometer, menjadikan Crystal Lagoon ini sebagai Kolam Air Asin buatan terbesar di dunia yang cocok untuk berbagai kegiatan dan olahraga air. Sayangnya saat kedatangan kami di lokasi disambut hujan deras dan petir, sehingga seluruh kegiatan yang berkaitan dengan perairan, dilarang.

Hampir 2 jam terkurung karena hujan membuat kami kehilangan banyak waktu untuk menikmati wisata di Pulau Bintan bagian Utara ini. Menjelang pukul 16.00 WIB sore hujan mulai reda. Kamipun mulai bergerak meninggalkan Hotel Treasure Bay. Tujuan kami kali ini adalah Lagoi Bay atau Pantai Lagoi yang terletak tidak terlalu jauh dari Kolam Air Asin.

Harus diakui pantai di Lagoi Bay ini sangatlah bersih dan indah. Mungkin inilah salah satu alasan para pengusaha pariwisata rela menanamkan modalnya untuk membangun hotel mewah dan kawasan wisata di lokasi ini. Hampir semua hotel yang ada di Bintan Resort menghadap ke pantai Lagoi. Konon tarif hotelnya ada yang mencapai Rp.10 juta per kamar per malam.

Usai menikmati keindahan Lagoi Bay, kami harus segera kembali ke Pelabuhan Tanjung Uban untuk memesan tiket kapal kembali ke Batam. Pilihan kami kali ini adalah Speedboat yang berangkat setiap 30 menit dari Pelabuhan Tanjung Uban, Bintan ke Pelabuhan Telaga Punggur, Batam.

Hanya berselang 15 menit sejak kedatangan kami di Pelabuhan, Speedboat mulai menjauhi dermaga Pelabuhan Bulang Linggi, Tanjung Uban, Bintan dan berangkat menuju Pelabuhan Telaga Punggur, Batam. Keberangkatan Speedboat berpenumpang 40 orang ini diiringi rintik hujan dan angin laut yang berhembus lembut, seakan berhiba hati melepas keberangkatan kami.

Selamat Tinggal Tanjung Uban. Selamat Tinggal Bintan. Kami akan kembali lagi, menjejakkan kaki langkah demi langkah ditanahmu yang subur dengan segala keindahan objek wisatanya yang belum sempat kami kunjungi...! 
(Oleh : Rafles Rajo Endah) 

Berita terkait

Ratusan Peneliti dan Pemerhati Burung Berkumpul di IPB University, Tekankan Urgensi Konservasi  Burung Liar di Indonesia

Ratusan Peneliti dan Pemerhati Burung Berkumpul di IPB University, Tekankan Urgensi Konservasi Burung Liar di Indonesia

Spektroom - Lebih dari 150 peneliti dan pemerhati burung berkumpul di IPB University, Bogor, untuk mengikuti Konferensi Peneliti dan Pemerhati Burung di Indonesia (KPPBI) Mengangkat tema “Harmonisasi antara Burung, Manusia, dan Lingkungan”, konferensi ini menekankan pentingnya keseimbangan antara keanekaragaman hayati, pengelolaan manusia, dan pelestarian lingkungan. Dekan Fakultas Kehutanan dan Lingkungan

Heriyoko