BPBD Lumajang: Dentuman Mendadak di Gladak Perak, Letusan Sekunder Semeru Kejutkan Warga Sore Ini
Spektroom - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang, Isnugroho mengatakan, suasana di sekitar Gladak Perak mendadak berubah tegang ketika dentuman keras terdengar dari arah puncak Semeru, pada Minggu sore, 23 November 2025 pukul 15.30 WIB.
“Letusan sekunder yang terjadi tiba-tiba itu membuat warga dan relawan yang berada di zona aman sontak menghentikan aktivitas mereka, mencoba memastikan kondisi gunung yang kembali menunjukkan aktivitas intens,” ungkapnya.
“Meski hanya berlangsung singkat, kepulan abu yang membumbung perlahan menandai bahwa Semeru belum sepenuhnya tenang,” jelasnya.
“Di sekitar lokasi, beberapa warga yang sedang memantau perkembangan sejak pagi mengaku kaget dengan suara letusan yang terdengar lebih jelas dibanding hari-hari sebelumnya,” tambahnya.
Menurut Isnugroho, beberapa relawan segera mengarahkan pandangan ke arah puncak, sementara tim pemantau terus berkoordinasi melalui radio HT untuk memastikan tidak ada aktivitas lanjutan yang membahayakan.
“Kami langsung berjaga dan mengingatkan warga untuk tetap berada pada batas aman,” ungkap salah satu relawan yang bertugas di pos Gladak Perak.

Isnugroho menjelaskan, meski demikian, aktivitas masyarakat tak sepenuhnya terhenti. Beberapa orang tampak tetap tenang sambil merekam kepulan abu dari kejauhan, seolah sudah terbiasa dengan dinamika Semeru yang berubah-ubah.
“Namun, suasana sore itu menyisakan perasaan waspada yang tipis, mengingat letusan sekunder kerap muncul tanpa tanda panjang,” jelasnya.
Petugas kembali mengimbau warga agar tetap memantau informasi resmi dan tidak mendekati alur sungai maupun kawasan rawan, menunggu perkembangan aktivitas Semeru selama beberapa jam ke depan.
“Penanganan darurat erupsi Semeru di Lumajang semakin terukur dan berbasis data,” ungkap Isnugroho.
“SK Tanggap Darurat dan SK Komando Tanggap Darurat memastikan setiap keputusan cepat, tepat, dan memprioritaskan keselamatan manusia,” jelasnya.
“Dengan pemetaan zona aman, rute evakuasi, dan hunian sementara yang tepat, serta validasi Data Terpadu Hunian (DTH), warga terdampak mendapatkan perlindungan maksimal. Setiap langkah dirancang untuk kenyamanan pengungsi dan efektivitas layanan darurat,” pungkasnya. (Budi S).