Feature: Tengkawang, Dari Hutan yang Terancam Hingga Menjadi Kosmetik Premium Kelas Dunia

Feature: Tengkawang, Dari Hutan yang Terancam Hingga Menjadi Kosmetik Premium Kelas Dunia
Ini adalah Buah Tengkawang yg menjadi hasil alam Kalbar. (Foto: Dok. Hadi Susanto)

Spektroom - Di tengah riuhnya derap pembangunan dan ekspansi industri di Kalimantan Barat, ada satu cerita tentang kekayaan alam yang hampir terlupakan.

Pohon yang menjadi maskot flora Kalbar ini pernah berdiri megah di hutan tropis pulau Borneo, namun perlahan termarginalkan oleh alih fungsi lahan, pembukaan perkebunan sawit, dan anggapan bahwa ia tak punya nilai ekonomi.

Masyarakat setempat kebiasaannya mengolah buah Tengkawang secara manual dan tradisional untuk dijadikan minyak goreng dan memasak kebutuhan lainnya.

Buah tengkawang ditanak hingga mencair kemudian dimasukan dalam wadah Bambu sampai membeku menjadi mentega agar tahan lama untuk disimpan .

Wadah Bambu tempat membekukan Minyak Tengkawang agar tahan lama disimpan. (Foto: Dok. Hadi Susanto)

Namun, siapa sangka, sebuah inovasi dari sebuah UMKM asal Pontianak justru mengangkat kembali martabat tengkawang - bukan hanya ke panggung nasional, melainkan hingga dikenal di mancanegara.

ARCIA: Menemukan Emas Hijau di Tengah Hutan yang Terlupakan

ARCIA, sebuah brand kecantikan lokal yang berdiri sejak 2019, mengubah mentega tengkawang (illipe butter) menjadi rangkaian produk kosmetik premium.

Dari sampo padat, lotion dengan aroma yang berubah mengikuti karakter kulit, hingga berbagai produk turunan lain - semuanya berangkat dari bahan baku endemik yang hampir punah ini, CEO ARCIA.

Hadi Susanto, mengingat betul bagaimana nasib miris tengkawang dulu. Bahkan ketika dirinya menimba ilmu di London, ia menemukan bahwa tengkawang justru lebih dikenal oleh orang asing daripada masyarakat lokal sendiri.

Hadi Susanto inovator yg merubah Mentega Tengkawang menjadi produk lain. (Foto : Dok Hadi Susanto)

Ironi itu menjadi titik balik.

“Dulu tengkawang sudah mulai punah karena dianggap tidak bermanfaat. Kami ingin membuktikan bahwa ia punya banyak manfaat - untuk kosmetik, pangan, hingga obat-obatan,” ujar Hadi saat gelaran Pontianak Business Matching 2025.

Inovasi sampo padat yang mereka buat juga lahir dari semangat ramah lingkungan.

Bentuknya yang solid membuat penggunaan lebih hemat, tidak boros air, dan praktis dibawa bepergian tanpa risiko tumpah.

Produk Lokal yang Diakui Nasional

Meski termasuk pemain baru, ARCIA melangkah dengan prestasi gemilang.

Produk olahan tengkawang mereka telah mengantongi sertifikat Halal bahkan sebelum BPOM, menegaskan komitmen terhadap keamanan dan kepercayaan konsumen.

Tak hanya itu, mereka mengoleksi deretan penghargaan bergengsi:

Juara 1 Kategori Kosmetik & Kebugaran di Anugerah Bangga Buatan Indonesia.

Indonesia Halal Industry Awards (IHIA) dua tahun berturut-turut (2022 & 2023).

Paramakarya Award dan tiga kali pemenang ajang Instellar.

Kini, produk ARCIA telah dipasarkan ke seluruh Indonesia, termasuk melalui marketplace seperti Shopee dan Tokopedia.

Tengkawang: Maskot Kalbar yang Terancam Hilang

Di balik cerita sukses itu, terdapat narasi lain yang tak kalah penting: ancaman kepunahan pohon tengkawang.

Beberapa faktor utama meliputi:

Alih fungsi lahan menjadi perkebunan sawit atau permukiman.

Penebangan liar, karena kayunya dipakai sebagai bahan bangunan.

Krisis iklim yang memengaruhi ketersediaan air dan ekologi hutan.

Periode berbuah yang lama, bisa mencapai 3–7 tahun.

Minimnya fasilitas pengolahan, sehingga nilai ekonominya tak berkembang.

Berbagai penelitian dan program konservasi kini mulai digerakkan.

Hutan adat, salah satunya di Kabupaten Bengkayang dan Sanggau, menjadi fokus perlindungan.

Jaringan Tengkawang Kalimantan juga berupaya mengonsolidasikan masyarakat sekitar untuk menjaga keberlanjutan panen.

Pontianak Business Matching 2025: Panggung UMKM Naik Kelas

Cerita tengkawang menjadi semakin relevan ketika Pemerintah Kota Pontianak menggelar Business Matching 2025, mempertemukan 50 seller dan 150 buyer dalam upaya memperluas pangsa pasar UMKM lokal.

Inspektur Kota Pontianak, Trisnawati, menegaskan bahwa potensi UMKM seperti ARCIA adalah cermin kekayaan daerah yang harus terus didorong.

“Wadah seperti ini mempertemukan pembeli dan penjual agar terbangun kolaborasi mengembangkan produk usaha,” ujarnya.

Hal senada disampaikan Kepala Diskumdag Pontianak, Ibrahim, yang menekankan pentingnya inovasi dan adaptasi produk sesuai selera pasar, termasuk menerapkan metode ATM (Ambil, Tiru, Modifikasi).

Hasilnya pun langsung terlihat. Sejak pagi, sejumlah transaksi dan pesanan besar mulai dicapai para pelaku usaha lokal.

Ketika Alam, Inovasi, dan Ekonomi Saling Bertemu

Keberhasilan ARCIA bukan hanya tentang bisnis.

Ia menjadi bukti bahwa inovasi bisa menyelamatkan biodiversitas, menghidupkan ekonomi lokal, dan mengenalkan kembali kekayaan alam yang hampir hilang di rumahnya sendiri.

Ketika produk tengkawang kembali diproduksi, otomatis permintaan buahnya meningkat.

Pohon-pohon yang dulunya ditebang kini kembali dijaga.
Hutan yang terancam, perlahan mendapatkan ruang hidup.

Tengkawang bukan sekadar komoditas - ia adalah simbol.

Simbol bahwa masa depan ekonomi Kalimantan Barat bisa tumbuh dari hutan tropisnya yang lestari.

Dan bahwa kekayaan alam tak selamanya harus menyerah pada gempuran industri besar.

Di tangan inovator lokal seperti ARCIA, tengkawang kembali menemukan tempatnya: bukan lagi sebagai pohon yang dianggap tak berharga, tetapi sebagai emas hijau Kalimantan Barat.

(Feature ditulis oleh: Apolonius Welly)

Berita terkait