Gelar Workshop Keluarga Berencana, Kemendukbangga/BKKBN Hadirkan 4 Pembicara
Spektroom - Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga/Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (Kemendukbangga/BKKBN) bekerja sama dengan Pusat Riset Kependudukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar Workshop Buku “Indonesian Family Planning: Perspectives from the 2021 Family Enumeration Survey” secara daring dan luring bertempat di Ballroom BRIN, di Jakarta, Senin (27/10/2025).
Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Yan Rianto - saat membuka kegiatan tersebut mengatakan penyusunan buku ini melibatkan 27 orang penulis dalam dan luar negeri dengan spesialisasi ilmu pendidikan dan yang berisikan temuan-temuan dari hasil pendataan keluarga pada tahun 2020 yang diserahkan oleh BKKBN pada tahun 2021.
"Ketika itu BKKBN belum bertransformasi menjadi Kemenduk Bangga, kegiatan workshop ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masukan-masukan demi menyempurnakan substansi dari beberapa chapter yang telah ditulis dalam buku ini" terang Yan Rianto.
Menurutnya kegiatan ini juga memberikan fungsi koordinasi dan kerjasama dengan mitra kerja Pentahelix yang dilaksanakan oleh PR Kependudukan BRIN dan Ditkes Taman melalui penulisan buku bersama dan melahirkan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang bermanfaat bagi keberlangsungan program Keluarga Berencana yang dijalankan oleh Kemenduk Bangga/BKKBN ke depan.
"Kami berharap diskusi dalam kegiatan ini dapat membantu penulis dan editor di dalam menyempurnakan penulisan buku ini" tutup Yan Rianto.

Sementara diforum yang sama Pembicara kunci Sekretaris Kemendukbangga/BKKBN Prof. Budi Setiyono, menyampaikan tiga tantangan primer tentang bagaimana kita melakukan kapitalisasi terhadap hasil perjuangan KB selama 50 tahun lebih, yaitu dengan berhasilnya atau mengantarkan kita pada fase atau era yang disebut sebagai era bonus demografi.
"Setelah kita berada pada fase bonus demografi, maka bagaimana kelanjutan dari program KB itu sendiri dan banyak pihak mempertanyakan apakah BKKBN dan juga program KB itu masih relevan dalam kondisi saat ini yang terjadi, tidak saja di Indonesia namun di tingkat internasional, khususnya terjadinya fenomena depopulasi di negara-negara maju" terang Budi Setiyono.
Misalnya, tuntutan atau permintaan dari beberapa negara maju agar Indonesia mengirimkan tenaga kerja ke mereka, seperti Jepang.
"Beberapa tahun terakhir, angka permintaan tenaga kerja dari Indonesia ke Jepang itu cukup tinggi. Begitu juga dengan Korea Selatan dan seterusnya, Taiwan" ujarnya lagi.
Menurut Budi Setiyono, dengan permintaan tenaga kerja begitu besar apakah tetap mengendalikan jumlah penduduk atau mempertahankan pertumbuhan dan juga suplai kependudukan kita agar bisa merespons terhadap tuntutan atau permintaan dari negara-negara yang kekurangan tenaga kerja tersebut.
Selain Sekretaris Kemendukbangga/BKKBN, Workshop juga menampilkan pembicara lain seperti Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora (OR IPSH), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Alifzah Abdurrahim, Kepala Pusat Riset Kependudukan, BRIN
Dr. Indra Murti Subbakti serta Direktur Kebijakan Strategi Peningkatan Kualitas Sumber Daya dan Kemandirian Keluarga Berencana,Kemendukbangga/BKKBN.(@Ng).