Inflasi Sumbar Naik 0,40 Persen, Cabai Merah dan Emas Jadi Pemicu

Inflasi Sumbar Naik 0,40 Persen, Cabai Merah dan Emas Jadi Pemicu
Kepala BI Sumbar, M. Abdul Majid Ikram saat meninjau harga dan pasokan cabai merah di Pasar Raya Padang (Foto: Humas BI)

Spektroom - Sumatera Barat (Sumbar) kembali mencatatkan inflasi bulanan pada Oktober 2025 sebesar 0,40 persen (month to month/mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumbar, M. Abdul Majid Ikram, menyebutkan kenaikan tersebut masih dipengaruhi oleh meningkatnya harga cabai merah dan emas perhiasan.

“Kenaikan harga cabai merah ini dipicu oleh terbatasnya produksi lokal serta kelangkaan pasokan dari luar provinsi. Sementara itu, harga emas perhiasan meningkat seiring penguatan harga emas global,” ujar Majid, Rabu (5/11/2025).

Ia menjelaskan, inflasi yang lebih tinggi seharusnya bisa tertahan seandainya tidak terjadi lonjakan harga sejumlah komoditas pangan. Sebaliknya, penurunan harga bawang merah berkontribusi menahan laju inflasi di tengah kenaikan berbagai bahan pokok lainnya.

Kelompok makanan, minuman, dan tembakau mencatatkan inflasi 0,47 persen (mtm) dengan andil 0,16 persen. Komoditas utama pendorong inflasi antara lain cabai merah yang naik 21,76 persen, ikan cakalang, serta daging ayam ras akibat mahalnya pakan ternak.

“Pasokan cabai merah terbatas karena musim kering di sentra produksi Sumbar maupun daerah lain seperti Sumatera Utara dan Aceh. Sementara itu, tangkapan ikan cakalang menurun akibat cuaca laut yang tidak bersahabat,” jelas Majid.

Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga menyumbang inflasi 3,98 persen (mtm) dengan andil 0,21 persen. Kenaikan harga emas perhiasan sebesar 13,99 persen dipengaruhi oleh penguatan harga emas global akibat pemangkasan suku bunga The Fed dan ketidakstabilan geopolitik dunia.

Secara spasial, hampir seluruh wilayah pencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sumbar mengalami inflasi, kecuali Kabupaten Dharmasraya yang justru mencatat deflasi 0,20 persen. Kota Padang mengalami inflasi tertinggi sebesar 0,52 persen, disusul Pasaman Barat 0,41 persen, dan Bukittinggi 0,16 persen.

Majid menegaskan, secara kumulatif, inflasi Sumbar hingga Oktober 2025 telah mencapai 3,87 persen (year to date/ytd), melebihi batas atas sasaran 2,5±1 persen. Ia mendorong Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) memperkuat strategi stabilisasi harga pangan, terutama dengan menjaga pasokan dan memperluas kerja sama antar daerah.

“Perlu intensifikasi Gerakan Pangan Murah (GPM) di seluruh kabupaten/kota dan memperkuat komunikasi publik terkait jadwal pasar murah. Dengan sinergi seluruh pihak, kami optimis inflasi Sumbar dapat kembali terkendali dalam rentang sasaran pada akhir 2025,” pungkasnya.

Berita terkait

Pembangunan Infrastruktur Hijau di Landak, Menuju Pelestarian Lingkungan Berkelanjutan

Pembangunan Infrastruktur Hijau di Landak, Menuju Pelestarian Lingkungan Berkelanjutan

Spektroom – Pemerintah Kabupaten Landak menunjukkan komitmen serius dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup melalui langkah nyata, bukan sekadar wacana atau pencitraan semata. Hal ini tampak dari pelaksanaan Sosialisasi Pembangunan Infrastruktur Hijau Tahun 2025 yang digelar oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan di

Apolonius welly