Kementerian PU Tuntaskan Jembatan Pandansimo Yogyakarta, Dengan Kearifan Lokal

Kementerian PU Tuntaskan Jembatan Pandansimo  Yogyakarta, Dengan Kearifan Lokal
Jembatan Pandansimo dibangun dengan keindahan kearifan lokal ( foto: birkom pu)

Spektroom  -  Pembangunan Jembatan Pandansimo oleh Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menandai babak baru konektivitas pesisir selatan Pulau Jawa yang berada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Tidak hanya menjadi infrastruktur penghubung Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS), jembatan dengan bentang utama 675 meter ini juga dirancang sebagai simbol harmoni antara kemajuan teknologi, kelestarian lingkungan, dan kearifan budaya lokal.

Membentang di atas Sungai Progo, Jembatan Pandansimo menjadi pembatas Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul dengan menghubungkan ruas Congot–Ngremang dan ruas Pandansimo–Samas. Kehadiran Jembatan Pandansimo juga melengkapi konektivitas jaringan Jalur Jalan Lintas Selatan atau ruas Pantai Selatan (Pansela) di wilayah DI Yogyakarta sepanjang kurang lebih 110 km. 

“Pengembangan jaringan jalan serta pembangunan jembatan yang menghubungkan kota, pulau, hingga daerah tertinggal di seluruh Indonesia kami lakukan untuk membuka akses bagi masuknya investasi, mendukung pengembangan kawasan industri, mendorong pertumbuhan sektor pariwisata, dan memperkuat konektivitas antar pusat-pusat ekonomi regional,” kata Menteri PU Dody Hanggodo dalam siaran persnya, Kamis sore ( 9/10/2025)

Pembangunan Jembatan Pandansimo merupakan proyek strategis yang menghubungkan Desa Banaran di Kabupaten Kulon Progo dengan Desa Poncosari di Kabupaten Bantul. Jembatan ini dibangun sejak November 2023 dengan panjang penanganan mencapai 2.300 meter dan lebar rata-rata 24 meter. Konstruksi jembatan telah selesai pada Juni 2025 dengan biaya APBN senilai Rp863,7 miliar. 

Jembatan Pandansimo diwaktu malam sangat artistik ( foto: birkom pu)

Jembatan Pandansimo dibangun dengan memperhatikan kondisi alam pesisir selatan yang dinamis serta aspek risiko gempa bumi dan likuifaksi. Struktur jembatan menggunakan Lead Rubber Bearing (LRB) yang mampu menyerap energi gempa dan mengurangi deformasi.

Selain itu juga dirancang dengan memanfaatkan Corrugated Steel Plate (CSP) yang ringan dan kuat sehingga lebih efisien dalam waktu pemasangan. Konstruksi Jembatan Pandansimo menggunakan Mechanically Stabilized Earth Wall (MSE Wall) untuk memperkuat oprit jalan dan mortar busa sebagai material pengisi ringan untuk mengurangi beban struktur dan getaran tanah.

Desain Jembatan Pandansimo memadukan nilai estetika modern dengan kearifan lokal Yogyakarta melalui elemen arsitektur yang sarat makna budaya. Representasi bentuk dasar gunungan wayang dihadirkan pada gapura dan lampu jalan sebagai simbol perjalanan dan keseimbangan antara alam serta manusia. Adaptasi sulur keris pada batang gunungan memperkaya detail visual sekaligus mencerminkan filosofi keteguhan dan keluwesan masyarakat Jawa.

Corak batik nitik dihadirkan sebagai  sentuhan halus tradisi dalam struktur baja modern pada gunungan. Perpaduan ini menjadikan Jembatan Pandansimo bukan hanya sarana transportasi, tetapi juga karya arsitektur yang menghidupkan kembali semangat budaya pesisir selatan Yogyakarta.

Selain itu, kawasan ini diproyeksikan menjadi koridor wisata baru yang menghubungkan destinasi wisata bahari seperti Pantai Depok, Glagah, Hutan Mangrove, hingga wisata Kali Biru.

Berita terkait

Ketua PHDI Maluku Apresiasi Panitia Sidang Sinode GPM, Ajak Perkokoh Persaudaraan Lintas Agama

Spektroom– Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Provinsi Maluku, Suyanto, S.Pd.H, menyampaikan apresiasi dan dukungan kepada panitia pelaksana Sidang ke-39 Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM). Dalam pesannya kepada panitia di Ambon, Kamis 9/10/2025 , Suyanto menegaskan pentingnya semangat pengabdian, gotong royong, dan kerukunan antar umat beragama dalam

Eva Moenandar, Pelinus Latuheru