Keuangan Merupakan Aspek Tak Terpisahkan Dengan Kehidupan Manusia
Reporter: M. Yahya Patta

Spektroom - Permasalahan keuangan telah menjadi aspek yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia, baik dalam konteks kebutuhan sehari-hari maupun dalam perencanaan jangka panjang. Oleh karena itu, individu dituntut memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan secara bijak, termasuk dalam menyusun anggaran, menabung, berinvestasi, serta mengelola utang dengan efektif. Seiring dengan itu, inklusi keuangan menjadi elemen krusial dalam mendukung stabilitas finansial, karena memungkinkan individu untuk memperoleh dan menggunakan layanan keuangan formal secara optimal dan dari gambaran ini, semakin meningkat seiring dengan upaya global untuk memperluas akses layanan keuangan yang inklusif dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat.
Hal ini di ungkapkan Tuti Fitriani ketika mengulas rangkuman disertasinya terkait Pengaruh Financial Literacy, Financial Attitude, Financial Culture dan Locus of Control Terhadap Financial Inclusion melalui Financial Behavior pada Mahasiswa di Kabupaten Timika, ketika mengikuti Uji Kompetensi untuk meraih gelar Doktor Ilmu Managemen pada Program Pasca Sarjana PPS UMI Makassar, Selasa 5 Agustus 2025 di Kampus PPS UMI Makassar. Uji kompetensi dipimpin Rektor UMI Makassar Prof. Dr. H. Hambali Thalib, SH., MH. dengan penyanggah Guru Besar dari internal UMI Makassar dan eksternal UNHAS.

Menurut Tuti Fitriani secara global, inklusi keuangan dipandang sebagai fondasi penting dalam pembangunan berkelanjutan. Tidak hanya sebatas akses, inklusi keuangan juga menekankan pemanfaatan layanan keuangan yang mampu menunjang produktivitas dan kesejahteraan ekonomi. Karena itu strategi nasional di banyak negara termasuk Indonesia, menekankan pada perluasan inklusi keuangan sebagai salah satu agenda utama pembangunan. Tuti Fitriani menambahkan Indonesia menetapkan strategi nasional keuangan inklusif dengan target 90 persen pada tahun 2024, sayangnya capaian indeks inklusi keuangan menurun hingga menjadi 75 persen.
Lebih jauh Tuti Fitriani menambahkan, tingkat literasi keuangan di Papua hanya mencapai 29 koma 23 persen jauh di bawah rata-rata nasional 38 koma nol 3 persen, menunjukkan ketimpangan ini memperkuat ketergantungan pada layanan keuangan informal, serta memperlemah kemandirian finansial masyarakat.