Menag Paparkan Lompatan Digitalisasi dan Proteksi Data dalam Uji Publik Keterbukaan Informasi 2025
Spektroom - Menteri Agama Nasaruddin Umar mempresentasikan capaian digitalisasi layanan dan penguatan proteksi data Kementerian Agama dalam Uji Publik Monitoring & Evaluasi Keterbukaan Informasi Publik 2025 di Jakarta, Selasa (18/11/2025). Menag menegaskan, keterbukaan informasi hanya bisa berjalan jika seluruh unit bekerja dalam satu ekosistem layanan yang solid dan saling terintegrasi.
Menteri Agama Nasaruddin Umar membeberkan lompatan transformasi digital dan keterbukaan informasi publik yang sedang ditempuh Kementerian Agama saat menghadiri Uji Publik Monitoring & Evaluasi Keterbukaan Informasi Publik 2025 di Jakarta.
“Kementerian Agama terus membuka diri dalam penyediaan informasi publik. Kami membangun sistem yang lebih tertib, objektif, dan aman bagi masyarakat,” ujar Menag Nasaruddin di hadapan Komisioner Komisi Informasi Pusat (KIP).
Pada ranah digitalisasi layanan, Kemenag kini mengoperasikan Mora One Stop Services (MOSS), layanan terpadu satu pintu yang tersedia 24 jam. “Kami mengaktifkan fasilitas layanan baru melalui Mora One Stop Services. Konsepnya adalah layanan satu pintu. Dan layanan ini beroperasi 24 jam untuk masyarakat,” jelasnya.
Integrasi antarunit juga diperkuat lewat superapp Pusaka, yang menghubungkan sistem Kemenag hingga tingkat kecamatan, pengurus masjid, dan RT/RW. “Sekali kami mengirimkan informasi, itu langsung menjangkau hingga tingkat RT dan RW. Karena ada rumah ibadah dan masjid yang terhubung dalam jaringan layanan ini. Semua dikoordinasikan berjenjang sampai tingkat kecamatan,” ungkap Menag, didampingi Kepala Biro Humas dan Komunikasi Publik, Thobib Al-Asyhar.
Proteksi data menjadi prioritas. Kemenag menerapkan pengamanan berlapis untuk data jemaah haji, madrasah, dan perguruan tinggi keagamaan yang rawan dicuri pihak eksternal. “Data-data itu sangat diminati banyak pihak, terutama data haji. Tapi alhamdulillah kita berhasil memperkuat proteksinya. Sistem keamanan kita terus diperbarui,” tegasnya.
Sumber daya manusia dengan kompetensi teknologi turut diprioritaskan. “Mereka yang memiliki keahlian IT kita prioritaskan. Itu aset masa depan kementerian. Karena digitalisasi tidak cukup hanya dengan sistem, tapi juga manusianya,” ujarnya.
Menag juga memaparkan inovasi deteksi potensi konflik melalui sistem SiRukun EWS (Early Warning System) yang mampu memetakan risiko sosial sejak dini. “Sistem SiRukun ini sangat membantu meredam potensi gesekan sosial. Bahkan sering lebih efektif daripada pendekatan penindakan. Yang penting kita tahu gejalanya sejak awal,” kata Nasaruddin.
Pada tata kelola masjid, transformasi digital yang dilakukan Kemenag mendapat pengakuan internasional, termasuk dari PBB dan Bank Dunia melalui modernisasi Masjid Istiqlal. “Istiqlal diminta menjadi model untuk pembangunan masjid di Amerika dan Amerika Latin. Mereka ingin belajar manajemen IT-nya. Dan kita menerima penghargaan internasional atas itu,” tuturnya.
Menutup paparannya, Nasaruddin menegaskan bahwa seluruh upaya digitalisasi dan keterbukaan informasi membutuhkan kerja kolektif. “Kita sudah bergeser dari the power of I menjadi the power of we. Tidak ada lagi superman. Semua harus bekerja bersama,” pungkasnya. (Polin - Sarah/Indah)