Menguatkan Desa Lewat Jasa Keuangan di Jawa Tengah
Di tengah pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah yang mencapai 5,28 persen pada semester I 2025, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Pemerintah Provinsi Jateng menyoroti pentingnya membangun kekuatan dari desa. Desa dianggap sebagai akar ekonomi, tempat 4,2 juta UMKM bertumbuh sekaligus menjadi penopang kesejahteraan warga. Hal itu terungkap dalam Evaluasi Kinerja Industri Jasa Keuangan Jawa Tengah Semester I 2025 yang digelar di Hotel Gumaya Semarang, Selasa (16/9/2025).
Gubernur Jateng Lutfi menekankan, koperasi desa harus tumbuh dari masyarakat dan hasilnya kembali ke masyarakat. Pemerintah kini menyiapkan klasterisasi 8.720 Koperasi Merah Putih serta roadmap infrastruktur agar akses hibah lebih terbuka.
“Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah semester I tahun 2025 mencapai 5,28%, di atas rata-rata nasional. Tantangan ke depan adalah bagaimana jasa keuangan mampu mendorong ekonomi dari basis desa, termasuk relaksasi dan dukungan pembiayaan untuk 4,2 juta UMKM di Jawa Tengah,” ujar Lutfi.
Dukungan OJK pun mengalir. Ketua Dewan Audit OJK Sophia Wattimena menyebut evaluasi kinerja industri jasa keuangan bukan sekadar laporan angka, melainkan upaya memastikan manfaat keuangan dirasakan hingga pelosok. Kepala OJK Regional Jateng Hidayat Prabowo menambahkan, visi provinsi juga menjadi visi OJK: memperkuat UMKM, literasi, dan inklusi keuangan.
“Kegiatan ini tidak hanya penting di tingkat provinsi, tapi juga harus diikuti seluruh kabupaten/kota agar manfaat jasa keuangan menjangkau masyarakat luas,” katanya.
Data menunjukkan kredit konsumsi tumbuh 15,7 persen, sementara penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) didominasi sektor perdagangan. Meski ada tantangan tingginya NPL BPRS, gairah investasi masyarakat di pasar modal terus meningkat.
Melalui kombinasi koperasi, UMKM, dan literasi keuangan, OJK bersama pemerintah berharap desa bukan sekadar penonton, melainkan motor penggerak ekonomi Jawa Tengah. (Ning/Biantoro)