Muhamad Rama Widiatmoko, Dari Nada Kecil Menuju Panggung Nasional

Editor: Agung Yunianto

Muhamad Rama Widiatmoko, Dari Nada Kecil Menuju Panggung Nasional
Muhamad Rama Widiatmoko, siswa SMAN 1 Bati-Bati, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, juara 1 di ajang Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) tingkat provinsi 2025 (Foto: Koleksi Pribadi Rama)

Spektroom - Lampu sorot menembus tipis kabut panggung. Di balik mikrofon, seorang remaja berpostur ramping berdiri tegap, matanya memejam sesaat sebelum nada pertama meluncur. Suaranya mengalun jernih, merangkai lirik menjadi cerita yang membuat penonton terdiam, seolah waktu ikut menahan napas.

Itulah Muhamad Rama Widiatmoko, siswa SMAN 1 Bati-Bati, Tanah Laut, Kalimantan Selatan. Di usianya yang baru 17 tahun, ia sudah menjejak panggung-panggung bergengsi, termasuk Festival Lomba Seni dan Sastra Siswa Nasional (FLS3N) 2025 tingkat provinsi, yang membawanya menjadi Juara 1 dan tiket ke tingkat nasional, November 2025 mendatang di Jakarta.

Selain FLS3N, Rama juga kerap menorehkan prestasi di ajang bergengsi lainnya. Ia tercatat sebagai Juara 1 Gita Bahasa Nusantara tingkat Kabupaten Tanah Laut dan pernah meraih predikat Vocalist Terbaik Piala Ketua DPRD Kota Banjarbaru tahun 2021.

Kesibukan Rama tidak hanya terbatas pada dunia sekolah. Ia aktif mengikuti berbagai kegiatan dan event, terutama kompetisi menyanyi yang menjadi passion-nya sejak lama.

“Sekarang Rama aktif sebagai pelajar, tapi juga aktif ikut event lomba menyanyi. Seperti kemarin di FLS3N tingkat provinsi, Alhamdulillah juara 1 dan akan mewakili Kalimantan Selatan ke nasional," ujarnya kepada Spektroom, Minggu (10/8/2025).

Kecintaannya pada tarik suara sudah tumbuh sejak kecil. Orang tuanya menjadi pihak yang pertama kali melihat potensi tersebut.

“Dulu waktu kecil Rama sering sekali bernyanyi, sampai orang tua memberikan fasilitas untuk mengembangkan bakat di dunia tarik suara,” katanya sembari mengenang masa lalunya.

Rama masih ingat betul saat pertama kali ikut lomba menyanyi di kelas 4 SD. Saat itu, ia tampil di Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat kecamatan. “Belum juara, tetapi itu yang membuat saya ingin mencoba lagi dan lagi," ujarnya.

Dorongan terbesar datang dari orang-orang terdekatnya. “Pastinya orang tua yang selalu mendukung dan mendorong Rama untuk berani tampil di panggung,” ucapnya. Dari dukungan itu, tumbuh keberanian yang menjadi modal setiap penampilannya.

Di antara semua lomba yang pernah diikuti, FLS3N 2025 punya cerita sendiri. “Sejak SD sampai SMA selalu lolos provinsi tapi tidak pernah juara, akhirnya tahun ini Allah kasih rezeki untuk juara 1 dan mewakili Kalimantan Selatan,” katanya penuh syukur. Baginya, itu bukan sekadar kemenangan, tapi puncak dari perjalanan panjang yang penuh jatuh-bangun.

Perjalanan itu pun sempat nyaris terhenti. Jadwal FLS3N 2025 bentrok dengan ajang Putera Puteri Pelajar Indonesia, di mana Rama juga menjadi perwakilan provinsi. “Untungnya FLS3N tingkat kabupaten dimajukan, jadi Rama sempat ikut seleksi,” ucapnya.

Persiapan Rama tidak hanya soal latihan vokal. Ada olahraga ringan untuk menjaga stamina, juga ritual kecil yang selalu ia lakukan. “Menjelang lomba saya selalu makan kencur supaya suara lebih plong dan tenggorokan lebih rileks,” ujarnya menjelaskan.

Saat namanya diumumkan sebagai juara, perasaan itu bercampur aduk. “Bahagia, haru, sedih semua jadi satu karena perjuangan akhirnya terbayarkan,” katanya.

Bagi Rama, keberhasilan datang dari prinsip yang sederhana tapi teguh. “Kuncinya konsisten dan maksimal, doa dan usaha harus setara,” ucapnya tegas. Baginya, setengah hati hanya menghasilkan setengah hasil.

Seni suara bagi Rama bukan sekadar hiburan. Ia menyebutnya sebagai “luapan emosi yang bisa diekspresikan dengan indah” sehingga pendengar turut merasakan pesan lagu.

Mimpi terbesarnya yakni menjadi penyanyi yang dikenal luas dan mampu menginspirasi. “Bukan hanya di Indonesia, tapi hingga dunia,” katanya penuh optimisme.

Rama juga menitipkan pesan untuk generasi muda yang ingin berprestasi. “Jangan tunggu kata sempurna, karena kesempurnaan muncul ketika kita berani memulai,” ujarnya mengakhiri.​

Berita terkait