Paylater & Pinjol, Solusi Atau Ancaman Finansial?

Spektroom - Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (Satya Gatra), sebagai wadah kegiatan terpadu yang mudah diakses oleh masyarakat yang ingin mendapatkan pengetahuan terkini, untuk meningkatkan kompetensi yang dapat menunjang pelayanan konsultasi dan konseling yang diberikan kepada klien.
Hal itu disampaikan Pejabat fungsional Hartatik Sulistyoningsih, S.Kom., M.Eng dari Direktorat Bina Ketahanan Lansia dan Rentan (Dithanlan) Kemendukbangga/BKKBN, pada Virtual Penguatan Kompetensi Pelaksanaan (Konselor) Satya Gatra Seri 3 bertajuk "Paylater, Pinjol : Solusi Atau Ancaman Finansial?" Kamis (4/9/2025).

Dalam paparannya Hartatik juga mengatakan, berdasarkan data sistem informasi keluarga, jumlah Satya Gatra kita ada 5.238 yang tersebar di seluruh Indonesia.
"Satya Gatra ini memiliki 8 layanan konsultasi dan konseling, sesuai siklus hidup yang salah satunya adalah pemberian layanan konsultasi pemberdayaan ekonomi keluarga" terangnya.
Hartatik juga menjelaskan, pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia saat ini semakin pesat, salah satunya disebabkan karena semakin populernya pembayaran digital seperti E-wallet, E-money, Bank digital dan Paylater serta yang lainnya.
"Berdasarkan data dari kredivo dan Kata Data Inside Center (KAIC) 2024, fenomena tersebut tentu saja memberikan dampak positif dan juga negatif bagi masyarakat. Terutama bagi Gen Z dan juga millenial" katanya lagi.
"Hal ini sangat terkait dengan pengelolaan keuangan yang tidak efisien, sehingga pada akhirnya dapat mempengaruhi ketahanan dan kesejahteraan keluarga" sambung dia.
Pada bagian lain paparannya, Hartatik juga menjelaskan, sebelumnya Dithanlan Kemendukbangga/ BKKBN juga telah melaksanakan Penguatan Kompetensi Pelaksana(Konselor) Satya Gatra, pada 23 April 2025.
"Ada 6400 orang yang mengikuti secara hybrid baik melalui Zoom dan YouTube, 48.5% merasa sangat puas, kemudian 44,8% puas, 0,6% merasa sangat tidak puas dan 60,6% merasa sangat bermanfaat, ada juga yang memberikan penilaian sebesar 34,8% merasa bermanfaat dan sisanya 0,9% merasa tidak bermanfaat." tutup Hartatik. (@Ng).