Pendaki Gunung Slamet Jelang Hut ke-80 RI Masih Sepi

Pendaki Gunung Slamet Jelang Hut ke-80 RI Masih Sepi
Dari pintu gerbang inilah para pendaki memulai naik ke puncak Gunung Slamet dari Jalur Bambangan. (Foto : Biantoro)

Spektroom - Angin bertiup sepoi sepoi, mengiringi gerimis rintik rintik yang turun di dukuh Bambangan desa Kutabawa kecamatan Karangreja kabupaten Purbalingga Jawa tengah. Sementara awan putih bercampur embun tebal menutupi gunung terbesar di pulau Jawa seolah tertidur tidak mau diusik.

Hari ini Jumat (15/8) dua hari menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan RI, base camp yang biasa dijadikan tempat berkumpulnya para pendaki terlihat sepi tidak seperti pada tanggal yang sama pada tahun tahun sebelumnya. Hanya terdengar gesekan Carrier dan dentingan carabiner terdengar diantara desir angin.

Tahun ini jumlah orang yang akan mendaki ke puncak Gunung Slamet masih terlihat sepi, hanya beberapa pendaki yang sudah berencana naik ke puncak gunung Slamet untuk merayakan detik2 Proklamasi di Puncak gunung Slamet.

Aryo petugas jaga base camp mengatakan siang ini (Jumat 15/8), ada sekitar 150 pendaki yang melapor akan naik ke puncak gunung Slamet. Jumlah ini masih termasuk normal seperti pada hari biasa.

Padahal pada saat menjelang peringatan detik2 proklamasi tahun lalu (tahun 2024), jumlah pendaki bisa mencapai 300 hingga 400 pendaki. Puncaknya pada tanggal 16 Agustus jumlah pendaki berkisar 600 hingga 700 orang pendaki.

Gunung terbesar di pulau Jawa ini, selalu mempesona menjadikan banyak orang untuk mendaki (Foto : Biantoro)

" Hari ini jumlah pendaki masih sepi, seperti hari biasa, tidak seperti tahun sebelumnya" ujar Aryo.

Ditambahkan penurunan status Gunung Slamet menjadi waspada level II belum membawa daya tarik pendaki ke gunung Slamet. "Mungkin pertimbangan cuaca yang kurang menguntungkan, dengan masih turunnya hujan dengan intensitas yang cukup tinggi" tandas Aryo.

Suharto, asal kabupaten Cilacap bagian barat secara terpisah Jumat (15/8) berharap kondisi cuaca segera membaik, sehingga kebiasaan pecinta alam untuk merayakan detik2 proklamasi di puncak gunung Slamet akan tetap meriah.

"Kalau cuaca masih seperti ini, saya berpikir dua kali untuk naik, dari pada beresiko, yah ...yang penting kita sudah sampai Bambangan." ujar Suharto.

Jalur pendakian ke puncak gunung Slamet via Bambangan merupakan jalur yang paling populer dan sering dipilih oleh para pendaki karena dianggap sebagai jalur tercepat dan memiliki medan yang jelas.

Jalur ini dimulai dari Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga. Meskipun populer, jalur ini tetap menantang dengan tanjakan curam terutama di bagian akhir menuju puncak dan hanya terdapat satu sumber air yang bersifat musiman di Pos 5.

Untuk mengantisipasi adanya hal hal yang tidak diinginkan warga Bambangan menyiagakan personil lebih banyak dibanding hari biasa.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah kabupaten Purbalingga Prayitno secara terpisah mengatakan sesuai surat dan informasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Slamet dengan ketinggian 3428 mdpl, saat ini masih berstatus waspada level 2.
" Untuk itu dihimbau agar para pendaki tidak beraktivitas pada radius minimum 2 kilometer dari bibir kawah" Ujar Prayitno.

Mungkin peringatan detik-detik proklamasi tahun ini di puncak gunung Slamet tidak seramai perayaan tahun lalu. Namun bagi mereka yang tetap memilih melakukan pendakian, momen mengibarkan Merah Putih diatas awan, dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya diiringi semilirnya angin pegunungan tetap akan menjadi persembahan sunyi tapi hikmah untuk negeri tercinta Indonesia. (Biantoro)