Penonton Jelas Lebih Hebat Dari Pemain

Penonton Jelas Lebih Hebat Dari Pemain

 Oleh : Sarwono ( Pemerhati Olahraga) 


Spektroom - Cinta itu buta. Peribahasa ini juga berlaku untuk olahraga,  apapun cabangnya. Jika cinta sedang bersemayam apapun nampak indah, kentut juga dibilang wangi. Namun jika kebencian yang menguasai nalar, semua yang nampak jadi jelek, buruk. Lebih apes jika menjadi sasaran biang suatu kekalahan. Dengan mudah orang akan menimpakan beban semua penyebabnya dia. 


Lebih memperparah jika seakan sipemangku kepentingan lepas tangan dan ikut menuduh. Ditambah lagi  ada juru kompor provokatif, sadar atau tidak makin memperkeruh situasi. 


Contoh paling anyar pupusnya timnas Garuda Indonesia maju keputaran final Piala Dunia. Padahal jika merunut benang merah dari awal mulai penunjukan pelatih, pemanggilan pemain sampai seleksi penyaringan komponen yang terlibat, sudah melalui mekanisme. 


Artinya terbentuknya satu tim kesebelasan sudah pada titik keputusan bersama. Clear.


Bila kemudian tanggung jawab moral, mental, kualitas diambil alih oleh pimpinan puncak itu mekanisme umum. Tetapi bukan oleh satu orang. Analis, pengamat, pemerhati harusnya tidak gampang menuduh dan menyalahkan. 


Masyarakat pecinta olahraga khususnya sepakbola tidak ada salahnya jika membuka kembali perjalanan sebuah tim. Kontroversi sudah mewarnai dinamika terbentuknya satu tim. 


Pro kontra sebenarnya lumrah. Termasuk komentar dari masyarakat penikmat pertandingan, entah memang pecinta atau sekedar menjadi tontonan untuk hiburan. 


Tapi yang jelas bongkar pasang pelatih harus dimaknai sebagai perbaikan. Masalahnya jika suatu keputusan sudah menjadi hasil kesepakatan bersama mestinya bila gagal bukan sipimpinan puncak menanggung sendiri. 


Justru bijak saat evaluasi dicari jalan keluar pembenahan. Kesempatan masih terbuka lebar dimasa  datang. Pemain naturalisasi  masih perlu sembari menata ulang semua sistem persebolaan. 


Indonesia tidak perlu malu mengkaji negara lain demi memajukan olahraga mumpung ketum PSSI Erick Tohir juga pejabat Menpora. Sebab desakan mundur kepada siapapun bukan jalan keluar sempurna. 


Beri kesempatan pimpinan Federasi melakukan evaluasi terhadap rapor pelatih serta pemain. Boleh juga didengar suara kaum pembisik mungkin ada manfaatnya daripada berisik. (Sar)

Berita terkait