Pentingnya Keamanan Siber Untuk Kedaulatan Negara
Opini oleh: Ramdan Satra, S.Kom., M.Kom., MTCNA., MTA, Dosen Fakultas Ilmu Komputer UMI Makassar - Disampaikan M. Yahya Patta

Spektroom - Keamanan siber saat ini menjadi hal yang wajib diimplementasikan dalam berbagai sektor, khususnya bagi suatu negara. Hal ini merupakan upaya menjaga kedaulatan dari serangan di dunia maya. Interkoneksi jaringan modern telah menghapus batas ruang dan waktu, sehingga memungkinkan seluruh manusia saling terhubung dengan berbagai karakter. Kondisi ini menciptakan peluang bagi pihak-pihak dengan niat buruk untuk melakukan kejahatan menggunakan media digital.
Keamanan negara merupakan suatu keharusan, dan keamanan siber harus dijadikan salah satu prioritas utama. Saat ini banyak sekali insiden kejahatan siber. Sebagai contoh, serangan ransomware varian LockBit 3.0 pernah menyebabkan gangguan besar pada layanan keimigrasian Indonesia dan sejumlah sistem penting lainnya. Serangan lain menargetkan layar informasi penerbangan (flight information screens), situs web maskapai Vietnam Airlines, serta sistem check-in, yang mengakibatkan banyak penerbangan tertunda karena sistem harus dialihkan ke prosedur manual.
Berkaca dari berbagai insiden kejahatan siber yang terjadi saat ini, diperlukan langkah nyata untuk memperkuat sistem pengamanan siber. Gagasan Bobby Adhityo Rizaldi untuk membentuk matra keempat TNI, yaitu Matra Siber, kami dari kalangan akademisi menilai langkah ini cerdas dan tepat. Sebagai akademisi, kami senantiasa memberikan penguatan melalui pendidikan dan penelitian, namun hal itu tidak cukup. Harus ada dukungan nyata dari pemerintah, praktisi, dan berbagai pihak lain untuk menciptakan kekuatan serta ketahanan siber di Negara kita (Indonesia).
Untuk mewujudkan keamanan siber yang tangguh, diperlukan upaya menjaga tiga aspek utama keamanan informasi (CIA Triad): Confidentiality, Integrity, dan Availability. (1) Confidentiality (Kerahasiaan): Informasi hanya boleh diakses oleh pihak berwenang, misalnya melalui enkripsi data dan penggunaan kata sandi yang kuat. (2) Integrity (Integritas): Data harus tetap asli, utuh, dan tidak diubah tanpa izin. Hal ini dapat dijaga dengan teknik seperti checksum, digital signature, dan hashing. (3) Availability (Ketersediaan): Informasi dan sistem harus selalu tersedia ketika dibutuhkan pihak berwenang. Upaya menjaganya dapat dilakukan dengan backup data dan sistem secara rutin.
Kesadaran akan pentingnya keamanan siber wajib dimiliki oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya para cybersecurity specialist. Penyerang kerap mengeksploitasi titik terlemah, yaitu pengguna teknologi yang lalai menjaga keamanan datanya. Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan pengguna teknologi untuk melindungi diri dari kejahatan siber antara lain: (1) Membuat kata sandi yang kuat dengan kombinasi huruf, angka, dan simbol, serta mengaktifkan two-factor authentication (2FA) seperti OTP. (2) Melakukan pembaruan sistem operasi maupun aplikasi secara berkala pada laptop/PC atau ponsel. (3) Berhati-hati dalam membuka tautan, terutama jika berasal dari sumber yang tidak dikenal. (4) Menghindari transaksi resmi melalui jaringan internet publik. (5) Tidak memasang aplikasi tidak resmi pada perangkat. (6) Tidak menyebarkan informasi sensitif (misalnya nama ibu kandung atau nomor telepon) di media sosial. (7) Menyediakan tempat penyimpanan cadangan data, baik berupa hard disk eksternal maupun layanan cloud.
Pada akhirnya, menciptakan keamanan siber tidak cukup hanya dari upaya pemerintah dan akademisi. Semua pelaku digital harus memiliki kesadaran yang sama akan pentingnya keamanan ini. Harapan kami, pemerintah, praktisi, dan masyarakat dapat bersinergi untuk membangun ekosistem siber yang kuat dan aman. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita mengamankan data kita sendiri?