Produksi Cabai Merah Pulih, BI Pantau Inflasi di Sumatera Barat
Pantau Inflasi
Spektroom - Petani cabai merah keriting di Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok mulai memasuki masa panen setelah terdampak kemarau panjang. Cuaca ekstrem sebelumnya sempat menghambat pertumbuhan tanaman dan menunda waktu panen.
Salah satu petani cabai, Adrizal mengatakan menanam Desember 2024 dengan perkiraan panen pada Juni 2025. Namun, karena kemarau panjang, panen pertama baru bisa dilakukan pada akhir Agustus 2025.
“Beruntung satu bulan terakhir sudah mulai hujan, sehingga cabai mulai berbuah kembali,” ujarnya saat dikunjungi rombongan Bank Indonesia (BI) Sumatera Barat, Minggu (12/10/2025).
Ia menambahkan hujan membantu memulihkan produktivitas tanamannya. Panen cabai dilakukan secara berulang setiap minggu. Sesudah panen pertama, seminggu kemudian bisa panen lagi, begitu seterusnya bisa sampai 15 kali.
Pada petikan awal, hasil panen belum terlalu banyak dengan produksi sekitar 75 kilogram dari lahan seluas seperempat hektar. Jumlah itu meningkat secara bertahap hingga mencapai puncaknya pada panen ke-10 hingga ke-15. “Dari seperempat hektar lahan ini bisa panen 200 sampai 300 kilogram,” katanya.
Namun, peningkatan hasil itu juga diikuti dengan turunnya harga di tingkat petani. Adrizal mengungkapkan, harga cabai sempat mencapai Rp 80 ribu per kilogram pada panen pertama. Sekarang turun jadi Rp55 .000, mungkin bisa turun lagi, tapi kalau bisa jangan di bawah Rp45.000 supaya tetap untung.
Deputi Kepala BI Sumbar, Andy Setyo Biwado mengatakan kunjungan lapangan dilakukan untuk memastikan produksi mulai terkendali. “Bulan September lalu pasokan sempat turun drastis akibat kemarau, dan itu memicu kenaikan harga serta inflasi,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan panen cabai dan bawang merah yang mulai membaik di Solok, harga di pasar diharapkan bisa kembali stabil. “Muaranya, inflasi di Sumbar dapat dikendalikan agar sesuai target 2,5±1 %.