Prof. Dr. Ilfi Nur Diana, Rektor Perempuan Pertama UIN Malang dan Simbul Perubahan

Spektroom- Pelantikan Prof. Dr. Ilfi Nur Diana, M.Si., CAHRM., CRMP. sebagai Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang periode 2025–2029 menjadi momen bersejarah yang mengukir tinta emas dalam perjalanan kampus Islam terkemuka tersebut. Bukan sekadar pergantian tampuk kepemimpinan, pengangkatan ini mencerminkan terobosan penting dalam representasi gender, kualitas kepemimpinan, dan arah transformasi perguruan tinggi ke depan.
Prof Ilfi, yang akrab disapa "Bunda" oleh civitas akademika UIN Malang, telah lama dikenal sebagai sosok visioner, inspiratif, dan penuh dedikasi. Ia bukan hanya akademisi dengan kualifikasi tinggi, tetapi juga pemimpin yang berhasil menyatukan keteladanan intelektual, kearifan sosial, dan ketangguhan organisasi.
Jejak Intelektual dan Profesional yang Kuat
Latar belakang akademik Prof Ilfi memperlihatkan perpaduan antara keilmuan ekonomi, manajemen, dan pemahaman syariah yang kokoh. Lulus dari IAIN Sunan Ampel Surabaya, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Airlangga, serta sempat menempuh pendidikan di Australia, ia menjelma menjadi akademisi yang tidak hanya piawai dalam teori, tetapi juga tangkas dalam praktik manajerial.
Sertifikasi internasional di bidang sumber daya manusia dan manajemen risiko yang ia kantongi membuktikan bahwa ia terus mengasah diri dan menyesuaikan kompetensinya dengan tuntutan zaman globalisasi.
Penggerak Perubahan di Lingkungan Kampus
Selama dua periode menjabat sebagai Wakil Rektor AUPK, Prof Ilfi menunjukkan kapasitasnya dalam merancang dan mengimplementasikan kebijakan strategis. Ia menjadi sosok sentral dalam perencanaan Kampus 3 UIN Malang dan pembentukan PMU untuk proyek kerja sama internasional dengan Bappenas. Di tangannya pula lahir sistem remunerasi berbasis kinerja dan indikator-indikator pengukuran kinerja yang memicu produktivitas dosen dan pegawai.
Langkah-langkah ini tak sekadar administratif, tetapi mencerminkan semangat perubahan menuju tata kelola kampus yang lebih profesional, akuntabel, dan berorientasi pada capaian akademik serta pengakuan global.
Pemimpin yang Membumi dan Mengakar
Menariknya, di balik gaya kepemimpinannya yang tegas dan sistematis, Prof Ilfi tetap melekat dengan nilai-nilai spiritual dan sosial ke-Indonesiaan. Ia aktif dalam organisasi keagamaan seperti Fatayat NU, Muslimat NU, dan ISNU, serta menjadi pembina di pesantren yang ia kelola. Aktivitasnya tidak berhenti di ruang kelas atau rapat rektorat, melainkan juga hadir di kegiatan bersih-bersih lingkungan, pelatihan masyarakat, hingga aksi sosial kemanusiaan.
Dalam setiap kiprahnya, Prof Ilfi menjadikan kerja sebagai bentuk ibadah. Prinsip ini tercermin dalam gaya manajemennya yang humanis, inklusif, dan mengutamakan kolaborasi antar-elemen kampus serta masyarakat luas.
Tonggak Baru bagi UIN Malang dan Pendidikan Islam
Sebagai rektor perempuan pertama UIN Malang, Prof Ilfi membawa harapan baru. Ia bukan hanya representasi keberhasilan individu, tetapi juga simbol kemajuan institusional dan inklusivitas dalam dunia pendidikan tinggi Islam. Dalam konteks Indonesia yang terus berjuang mewujudkan kesetaraan gender, kepemimpinan Prof Ilfi menjadi inspirasi bagi perempuan di seluruh penjuru negeri bahwa peran strategis dapat diemban dengan bermartabat dan bermakna.
Lebih dari itu, dengan pengalaman dan integritas yang ia miliki, Prof Ilfi diyakini mampu membawa UIN Malang ke level yang lebih tinggi—menjadi kampus berdaya saing internasional, tetapi tetap menjunjung nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan.
Pelantikan Prof. Ilfi Nur Diana sebagai Rektor UIN Malang bukan sekadar pergantian administratif, melainkan titik balik sejarah. Ia menghadirkan paradigma kepemimpinan yang holistik—memadukan intelektualitas, spiritualitas, dan keberpihakan sosial. Sosoknya menjadi bukti nyata bahwa perempuan bisa memimpin dengan gagah dan bijak, menuntun institusi besar menuju kemajuan yang inklusif dan berkelanjutan.
UIN Malang kini berada dalam genggaman tangan yang tak hanya cerdas, tetapi juga penuh kasih. Sebuah kepemimpinan yang bukan hanya untuk hari ini, tapi untuk masa depan.