RRI Pontianak, Dari Suara Bangsa ke Era Digital

Spektroom – Radio Republik Indonesia (RRI) Pontianak berdiri pada tahun 1951, stasiun radio milik negara ini telah melewati pasang surut perkembangan zaman.
Dari kantor pertamanya di Jalan Tengku Umar yang kini menjadi Kantor PT Telkom hingga akhirnya menempati gedung di Jalan Jenderal Sudirman, RRI Pontianak terus hadir sebagai media pemersatu, penyampai informasi, sekaligus penghibur masyarakat Kalimantan Barat.
Dalam peringatan delapan dekade RRI ini, Spektroom berkesempatan berbincang dengan Kepala Stasiun LPP RRI Pontianak sekaligus Koordinator Wilayah IX Kalimantan Barat, Muhsin Zen, SE. Berikut petikan wawancaranya:
Bagaimana pengalaman Bapak memimpin RRI Pontianak sejauh ini?
Muhsin Zen:
Alhamdulillah, saya tidak merasakan kesulitan berarti. Justru saya bersyukur karena memiliki tim angkasawan dan angkasawati yang solid.
Tahun 2024 lalu, RRI Pontianak berhasil meraih Piala Suara Kencana untuk kategori Dokumenter. Itu capaian yang luar biasa.
Tahun ini, 2025, di ajang KPID Award, kami memborong tujuh nominasi dan tiga di antaranya menjadi juara. Tentu ada tantangan, tapi setiap tempat pasti punya masalah.
Kuncinya adalah kebersamaan, dengan itu semua masalah pasti ada jalan keluarnya.
Apa yang membuat RRI Pontianak bisa terus berprestasi?
Muhsin Zen:
RRI Pontianak adalah organisasi dengan personel yang sudah siap pakai.
Tugas pimpinan tinggal mengarahkan dan mengawasi kinerjanya secara konsisten.
Saya yakin, dengan pola itu, kita bisa membawa lembaga ini ke level yang lebih tinggi lagi.
Apa prioritas RRI Pontianak ke depan, khususnya di usia 80 tahun ini?
Muhsin Zen:
Kami mendukung penuh Asta Cita Presiden dengan menyusun dan melaksanakan program yang sesuai kebutuhan masyarakat serta memberi dampak nyata.
RRI bukan hanya menyampaikan informasi, tapi juga hadir sebagai bagian dari solusi.
Bagaimana RRI menyikapi era disrupsi digital saat ini?
Muhsin Zen:
RRI harus selalu mengikuti perkembangan zaman. Di era digital ini, orang mengonsumsi informasi lewat berbagai platform. bukan hanya radio konvensional.
Karena itu, RRI harus hadir di semua kanal digital untuk mengajak masyarakat kembali mendengarkan dan merasakan manfaat RRI.
Tantangannya besar, tapi sekaligus peluang yang bisa membuat kita lebih dekat dengan publik.
Apa pesan Bapak untuk masyarakat Kalimantan Barat?
Muhsin Zen:
Mari terus bersama RRI. Kami bukan sekadar penyiar informasi, tapi juga mitra masyarakat.
Di usia 80 tahun ini, kami ingin membuktikan bahwa RRI tetap relevan, terpercaya, dan selalu menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Kalbar.
Wawancara ini memperlihatkan bahwa RRI Pontianak bukan hanya lembaga penyiaran, tetapi juga simbol komitmen untuk terus bertransformasi.
Di tengah derasnya arus digitalisasi, semangat kebersamaan dan visi kepemimpinan menjadi kunci agar RRI tetap menjadi suara bangsa dari Kalimantan Barat untuk Indonesia.