RSJ Wikarta Mandala, Antara Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Hantu: Di Mana Letak Kemanusiaan Kita?

RSJ Wikarta Mandala, Antara Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Hantu: Di Mana Letak Kemanusiaan Kita?
RSJ Wikarta Mandala Pujo Kab. Malang

Spektroom – Di tengah sejuknya hawa pegunungan Pujon, berdiri sebuah bangunan tua yang pernah menjadi harapan bagi mereka yang hidup dalam sunyi: Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Wikarta Mandala. Namun harapan itu kini berubah menjadi keprihatinan mendalam. Bangunan yang terletak di Jalan Trunojoyo, Dusun Sebalu, Desa Pandesari, Kabupaten Malang itu kini justru dikenal masyarakat sebagai "ghost house" atau rumah hantu.

Padahal, tempat itu masih menampung setidaknya sembilan pasien Orang Dalam Gangguan Jiwa (ODGJ).

Dengan luas lahan sekitar lima hektare, RSJ tersebut kini tampak tak terurus. Rumput liar menjalar tanpa kendali, bangunan lapuk dimakan usia, dan kesan mistis menyelimuti lokasi. Kondisi ini menjadi ironi ketika diketahui bahwa masih ada manusia—pasien—yang tinggal dan dirawat di dalamnya.

Yang lebih memilukan, pengelola rumah sakit menutup diri dari masyarakat. Bahkan pemerintah desa pun mengaku tidak tahu menahu aktivitas yang terjadi di balik tembok RSJ tersebut.

"Kami tidak pernah masuk ke sana. Bahkan pihak rumah sakit pun tidak pernah berkomunikasi dengan balai desa," ujar Suyono, Sekretaris Desa Pandesari saat dikonfirmasi Rabu (30/7/2025).

Kepala Dusun Sebalu Imam Basori dan Kasun Krajan Hikma Yuda Mandala mengaku pernah mendampingi Muspika saat kunjungan ke RSJ pada 24 Juli lalu, namun mereka hanya diizinkan sampai halaman. “Kami tidak melihat langsung ke dalam ruangan. Tapi yang terlihat dari luar, kondisinya memang tidak terawat,” jelas Imam.

Potret ini menimbulkan pertanyaan besar: bagaimana kondisi pasien di dalam sana? Siapa yang bertanggung jawab terhadap hak-hak mereka? Apakah mereka mendapat perawatan medis yang layak, atau sekadar ‘dititipkan’ di balik tembok tua yang sunyi?

Pengabaian Hak Asasi

Salah seorang warga, Rendy, mengungkapkan kekecewaannya saat melihat kondisi RSJ Wikarta Mandala di kanal YouTube yang menyebut tempat itu sebagai “rumah hantu”.

"Yang saya sayangkan adalah pasiennya. Kok bisa-bisanya mereka masih dirawat di tempat seperti itu? Ini bukan soal bangunan tua saja, tapi soal kemanusiaan. Pasien ODGJ itu manusia, bukan beban. Mereka butuh perhatian, bukan ditelantarkan," ujarnya penuh haru.

Masih menurut warga, sebagian besar pasien di sana adalah keturunan Tionghoa. "Kami heran, bagaimana keluarga mereka bisa percaya menitipkan orang terkasih di tempat seperti itu?" tambah seorang warga lain.

Ketika wartawan mencoba meminta konfirmasi kepada pihak pengelola, jawaban yang diterima justru penolakan dan pengusiran. “Kami tidak punya kewenangan menjawab,” ujar Sukarjo di pintu gerbang sambil menutup portal dan menyuruh wartawan keluar.

Sengketa Lahan dan Ketiadaan Arah

Ironisnya, RSJ Wikarta Mandala saat ini dalam status sengketa. Informasi menyebutkan bahwa lahan tersebut masih bersoal antara Andar M. Situmorang SH yang mengklaim sebagai pemilik sah melalui transaksi pada 1997 dengan pemilik RSJ, Dr. Soeyono.

Namun, terlepas dari persoalan hukum, yang lebih mendesak adalah nasib para pasien. Negara tidak boleh tutup mata hanya karena perkara kepemilikan lahan. Kemanusiaan harus berdiri di atas semua itu.

Panggilan untuk Negara dan Nurani

Kondisi RSJ Wikarta Mandala adalah cermin dari bagaimana kita memperlakukan kelompok rentan di masyarakat. Ketika pasien ODGJ dibiarkan berada dalam bangunan tak layak, tanpa pengawasan, dan tanpa keterlibatan otoritas, maka yang hilang bukan hanya fungsi rumah sakit, tapi juga nurani kita sebagai bangsa.

Sudah saatnya pemerintah daerah dan instansi terkait bertindak cepat. Audit medis, verifikasi izin, hingga penanganan pasien secara bermartabat harus segera dilakukan. Jangan sampai rumah sakit ini menjadi contoh betapa nyawa manusia bisa terabaikan di balik tumpukan berkas sengketa dan pagar besi yang tertutup rapat.

Karena setiap jiwa, berhak hidup dengan martabat. Termasuk mereka yang tengah berjuang dalam gelapnya gangguan jiwa.( Eno).

Berita terkait