SuaraAnak Muda Tolak Jadi Target Industri Rokok, Menggema Hingga Mancanegara.

SPEKTROOM.ID - Ditengah tantangantinggi prevalensi merokok di Indonesia, suara orang muda dari TanahAir menggema hingga ke Washington D.C., Amerika Serikat.
Adalah Manik Marganamahendra, pemuda asal Indonesia yang juga KetuaIndonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), dinobatkansebagai Global Young Ambassador of the Year oleh Campaign forTobacco-Free Kids (CTFK).
Penghargaan ini tidak hanyasekadar atas pengakuan dedikasi personal Manik, tetapi jugakonsistensi gerakan kolektif orang muda Indonesia dalam mendorongperubahan kebijakan pengendalian rokok.
Dalam pidato penerimaannya, Manik tidak hanya menyuarakan perjuangan, tapi jugamengungkap sisi personal yang menggerakkannya.
“Sembilantahun lalu ketika mahasiswa, saya bersama teman-teman di UniversitasIndonesia memprotes pameran industri rokok dan hampir masuk penjara.
Bahkan Manik hampir kehilangan kebebasan karena berjuangagar industri ini tidak lagi menargetkan orang muda sebagai konsumenmereka.
"Tapi justru dari situ saya belajar bahwakeberanian sekecil apa pun, ternyata bisa menyalakan api perubahan,”ujar Manik dalam forum penghargaan yang turut dihadiri perwakilanKedutaan Besar RI untuk AS, Sade Bimantara.
Pengalaman inimenjadi awal dari perjuangannya, yang kini juga menjadi kisah ribuanorang muda lain yang menolak menjadi target industri rokok.
“Inibukan tentang saya. Ini untuk generasi muda yang terus membawa oborperjuangan. Ini juga tentang keluarga kami yang terdampak"sambungnya.
Untuk diketahui Indonesia menghadapi tantanganserius dalam pengendalian konsumsi rokok. Lebih dari 70% laki-lakidewasa di Indonesia adalah perokok aktif.
Angka ini tidakhanya mencerminkan krisis kesehatan, tetapi juga krisis sosial danekonomi. Data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023 menunjukkan bahwa7,4% dari perokok aktif adalah remaja usia 10–18 tahun, angka yangseharusnya menjadi alarm bagi bangsa.
Meskipun pemerintahtelah menerapkan regulasi baru, yaitu Peraturan Pemerintah No. 28Tahun 2024 tentang Kesehatan, yang didalamnya termasuk menaikkan usiaminimum pembelian rokok menjadi 21 tahun dan melarang penjualan rokokeceran serta iklan di media sosial, tantangan dalam implementasi danpenegakan hukum tetap ada.
Dari Riset Pusat Kajian JaminanSosial Universitas Indonesia (PKJS - UI) Lebih dari sekadar masalahkesehatan, Riset PKJS-UI, 2022 membuktikan bahwa konsumsi rokok yangtinggi berdampak pada kesejahteraan rumah tangga, mengurangipengeluaran untuk kebutuhan pendidikan dan nutrisi.
Asaprokok di lingkungan rumah bahkan menjadikan anak-anak, maupun bayidalam kandungan sebagai korban pasif yang tidak pernah memilih untukterpapar, bahkan sebaliknya meningkatkan risiko fenomenastunting.(pkjsui - @Ng)