TAF 9 - 2025 “Machine of Memory” Sebuah Metafora Ingatan dan Imajinasi Masa Depan
Spektroom - Tubaba Art Festival (TAF) merupakan festival seni berbasis kreativitas warga yang mengabungkan nilai atau falsafah hidup Tubaba yaitu nemen / kerja keras, nedes / konsisten, nerimo / ikhlas, setara, sederhana, dan lestari (Nenemo SSL).
Mulanya digelar sebagai presentasi akhir dari proses belajar seni untuk warga pada Kelas Kesenian Tubaba (kini Sekolah Seni Tubaba) tahun 2016, hingga kemudian tumbuh menjadi ruang pertemuan / pertukaran antara warga dan seniman lintas disiplin dari nasional hingga internasional.
Menurut Direktur Sekolah Seni Tubaba Semi Ikra Anggara, sekaligus inisiator TAF, target digelarnya TAF-9 ini agar membuat penikmat seni berbahagia dan berfikir.
"Festival ini juga seringkali disebut festival kesadaran. Terselengara berkat kerjasama Pemerintah Daerah Tulang Bawang Barat melalui Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata dengan berbagai lembaga kebudayaan intedependen, di antaranya Sekolah Seni Tubaba" terang Ikra Anggara, Kamis (30/10/2025)
Semi Ikra Anggara dalam siaran persnya juga mengatakan Sejak tahun 2023, TAF didukung oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia melalui platform Karisma Event Nusantara (KEN).
TAF ke-9 digelar pada 31 Oktober – 1 November 2025 di Kota Budaya Ulluan Nughik, Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tubaba) Lampung. Mengusung tema “Machine of Memory” sebuah metafora tentang bagaimana ingatan dan imajinasi masa depan bekerja dalam lapis-lapis kebudayaan.
Lebih lanjut Ikra menjelaskan, Ingatan bekerja seperti mesin yang merangkai individu ke dalam komunitas, lalu menghubungkan komunitas itu dengan sejarah panjangnya. Tetapi seperti semua mesin, ia tidak pernah bekerja netral.
Detailnya, ada bagian yang disorot, ada yang dipinggirkan, bahkan ada yang disembunyikan. Ingatan kolektif suatu masyarakat kerap ditentukan oleh kekuasaan: arsip yang disimpan negara, narasi sejarah resmi, atau pengetahuan yang diajarkan di sekolah.
Di sisi lain, ada pula ingatan yang hidup di luar institusi—ingatan warga, cerita pinggiran, pengetahuan lokal, atau kisah yang diwariskan lewat tubuh dan praktik sehari-hari. Festival ini menempatkan semua lapisan itu sebagai bagian dari mesin yang sama, yang selalu bergerak dan tidak pernah selesai.
Sejarah, ingatan dan arsip dalam TAF dihidupkan kembali melalui seni hingga menjadi pengetahuan baru yang menghubungkan masa kini dengan masa lalu sekaligus membaca kemungkinan masa depan.
"Sastra tutur masyarakat tiyuh toho di Tulang Bawang Barat misalnya, yang para penuturnya kini sangat terbatas. Dihidupkan kembali" ujarnya mengingatkan.
Opening Ceremony akan dieglar pada hari Jum’at 31 Oktober jam 4 sore. Akan disajikan tarian kebanggan warga Tubaba, yakni Tari Nenemo, lalu tari anak dengan pengembangan dari kosa gerak tari tradisional di Indonesia. Tari Tubuh Tapis karya koreografi Ahmad Susantri merupakan tarian kontemporer berdasarkan motif tapis Megouw Pak.
Berbagai rangkaian kegiatan akan mewarnai TAF - 9 2025, seperti bazar, pameran dan lokakarya, Pasar Jenama (Pameran UMKM Tubaba), Pameran Seni Rupa Disabilitas “SETARA”, Pameran Seni Rupa Sekolah Seni Tubaba, Pameran Arsip Tubaba Cerdas, Lapak Baca dan Kemah Literasi.
Kemudian Workshop Keramik bersama Baskoro dan Studio Tanoh Nughik, lokakarya Sreenprint / Stensil bersama Lowpoop dan Basdarstudio, dan lain-lain.
Hari kedua dimulai dengan “Diskusi Publik Pemberdayaan Ruang Kreatif” bersama Dharma Setyawan (Penggerak Ruang Kreatif Payungi Metro), sedangkan seluruh rangkaian pameran bisa dinikmati hingga sore.
"Pada sore hari kita dapat menyaksikan pertunjukan musik dari Kelas Musik Sekolah Seni Tubaba serta pertunjukan teater musikal anak “Bunian dan Kisah Kisah Sebelum Tidur”. Pada malam puncak akan tampil tiga kelompok musik yaitu Orkes Gajah Duduk, Orkes Bada Isya dan Banda Naira" rinci Ikra Anggara mengakhiri keterangan persnya.(@Ng).