Wisuda Bukan Akhir, Tapi Awal: UIN Malang Hantarkan Generasi Siap Bersinar

SPEKTROOM. ID– UIN Maulana Malik Ibrahim Malang mewisuda 800 sarjana baru dalam gelaran Wisuda ke-85 Periode II Tahun 2025 Gedung Sport Center UIN, Sabtu 24/5/2025).
Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof. Dr. Umi Sumbulah, M.Ag. menyebutkan wisuda ke 85 ini ada 4 wisudan terbaik yakni Moch. Viqi Nurrohman ( Program Studi Hukum Tata Negara, Blitar IPK, 3,95 ) Vira Ayyu Anggraini (Profesi Apoteker, Jombang, IPK 3,78), Aldrian (Magister Bahasa dan Sastra Arab, Medan, IPK 4.00), dan Moh. Mahsun (Doktor Ekonomi Syariah, Probolinggo, IPK 4.00).
“ Secara keseluruhan, wisuda kali ini meluluskan 477 mahasiswa Program Sarjana, 77 Program Profesi, 210 Program Magister, dan 36 Program Doktor. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan menjadi penyumbang lulusan terbanyak, yakni 147 wisudawan, disusul Fakultas Ekonomi dengan 121, dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebanyak 120. Sementara itu, Fakultas Humaniora hanya meluluskan 13 wisudawan” ungkap Prof. Dr. Umi Sumbulah, M.Ag.
Tangis haru menyelimuti Gedung Sport Center UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, Di tengah lautan toga dan sorak sorai bahagia 800 wisudawan, satu suara lirih tapi tegas menggema dari podium. Suara itu milik Moch. Viqi Nurrohman, wisudawan asal Blitar yang menyampaikan sambutan sebagai Wisudawan Terbaik Program Sarjana.
Sabtu itu menjadi hari istimewa bagi 800 lebih wisudawan yang mengakhiri perjalanan akademiknya. Namun di antara mereka, satu nama bersinar lebih terang—bukan semata karena Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,95 yang berhasil diraihnya, tapi karena cerita perjuangan yang menyertainya. Viqi, mahasiswa Program Studi Hukum Tata Negara asal Blitar, kehilangan ayahnya di semester enam. Pada saat banyak mahasiswa lain berjuang menyelesaikan skripsi, Viqi justru harus berjuang menyembuhkan luka hati yang dalam.
“Ayah pergi, tapi kuliah harus lanjut,” ucapnya lirih namun tegas di podium wisuda. Sebuah kalimat sederhana, namun mengandung keteguhan luar biasa. Ia tidak menenggelamkan dirinya dalam duka, melainkan mengubah kesedihan menjadi bahan bakar untuk menuntaskan tanggung jawabnya dalam pendidikan.
Apa yang dilakukan Viqi menunjukkan bahwa keberhasilan bukan hanya soal kecerdasan, tapi juga tentang karakter. Dunia akademik sering kali menilai pencapaian dari angka—IPK, masa studi, nilai skripsi. Tapi di balik angka itu, tersimpan kisah perjuangan manusia yang sesungguhnya: bagaimana seseorang bertahan, bangkit, dan menyelesaikan apa yang telah dimulai, meski dunia seolah runtuh di hadapannya.
Dalam suasana wisuda yang penuh kegembiraan, kisah Viqi justru menjadi cermin bagi kita semua. Ia mengingatkan bahwa tidak ada kehilangan yang benar-benar mengalahkan harapan, dan tidak ada duka yang tak bisa dipeluk dengan semangat juang. Pendidikan bukan sekadar soal gelar, tetapi soal membentuk manusia yang utuh—yang kuat di tengah badai, dan tetap berjalan walau tertatih.
Viqi bukan hanya lulusan terbaik. Ia adalah teladan. Bahwa di dunia yang sering memuja hasil akhir, masih ada ruang bagi kisah perjalanan yang penuh makna. Kisah Viqi adalah pengingat bahwa di setiap derai air mata, selalu ada kemungkinan untuk bangkit—dan menang.
Kisah Viqi adalah cerminan bahwa di balik IPK tinggi, ada air mata, perjuangan, dan tekad yang tak mudah dipadamkan. Ia bukan sekadar lulusan berprestasi, tapi simbol dari semangat pantang menyerah yang kini berdiri dengan kepala tegak sebagai inspirasi bagi generasi muda.
Para Sarjana Lulusan Baru UIN Maliki Malang ini datang dari latar belakang yang berbeda, namun punya benang merah yang sama: ketangguhan. UIN Malang tak sekadar meluluskan mahasiswa pintar, tapi membentuk pribadi yang kuat menghadapi tantangan hidup—bukan generasi cengeng yang mudah menyerah pada keadaan.
“UIN Malang mencetak bukan hanya lulusan berilmu, tapi juga berjiwa pejuang,” tegas Prof. Umi.
Wisuda kali ini menjadi pengingat bahwa kampus bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat membentuk mental. Bahwa di balik toga yang dikenakan, ada peluh, air mata, dan kisah yang tak selalu mudah. Dan dari sanalah lahir para sarjana sejati—yang tahu bahwa kehidupan sesungguhnya baru saja dimulai.( Eno ).